TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa susulan di wilayah Mamberamo, Papua, mencapai 45 kali. Data itu tercatat Senin, 24 Juni 2019, hingga pukul 20.00 WIB. Gempa itu tercetus pada pukul 08.05 dengan kekuatan magnitudo 6,1.
Baca: Gempa Mamberamo Raya, Warga Sarmi Berhamburan Keluar Rumah
Baca: Gempa Kuat Mengguncang Mamberamo Raya
Gempa Mamberamo telah menimbulkan guncangan kuat di Sarmi, Jayapura dan di Wamena. Penyebab gempanya diduga kuat akibat aktivitas Sesar Anjak Mamberamo (Mamberamo thrust).
Setelah itu muncul Gempa Laut Banda yang berdampak terjadinya guncangan dalam spektrum wilayah yang luas. “Hingga Denpasar, Bima, Manokwari, Wamena, bahkan sampai Kota Darwin di Australia,” kata Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG lewat keterangan tertulis, Senin, 24 Juni 2019.
Gempa Laut Banda yang bermagnitudo 7,3 pada pukul 09.53 WIB diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershocks). BMKG mencatat lima kali gempa susulan. Gempa susulan di Mamberamo Raya dan Laut Banda menunjukkan tren magnitudo yang terus mengecil.
Selain gempa kuat itu BMKG mencatat tiga gempa lain yang terjadi di Indonesia. Di selatan Tasikmalaya terjadi gempa berkekuatan magnitduo 4,3 pada Senin dini hari pukul 02.58 WIB. Gempa ini dirasakan di Tasikmalaya dan di Pangandaran. Penyebab gempa akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Setelah itu pada pukul 07.55 WIB, gempa mengguncang wilayah Wuasa, Poso, Sulawesi Tengah dengan kekuatan bermagnitudo 4,6. “Gempa ini dirasakan di Kota Palu dan sekitarnya.” Kata Daryono.
Lindu juga mengguncang Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dengan kekuatan bermagnitudo 5,2 pada pukul 15.17 WIB. Gempa ini dirasakan di daerah Lolak, Bolaang Mongondow. Beberapa warga dilaporkan sempat berlarian keluar rumah karena terkejut guncangan gempa yang berlangsung seketika.
Pada Senin ini setidaknya telah terjadi 53 kali gempa dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. Sejauh ini BMKG tidak mendapat laporan mengenai terjadinya kerusakan dan korban jiwa. Soal gempa puluhan kali itu sulit dijelaskan arti fenomena dan kaitannya. “Tabiat gempa itu susah,” ujar Daryono.
ANWAR SISWADI