TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga antariksa Amerika Serikat atau NASA mengkonfirmasi bahwa penjelajah Curiosity baru-baru ini mendeteksi jumlah metana terbesar yang pernah diukur selama misi di Planet Mars.
Baca juga: NASA Curiosity Rover Temukan Pangkalan Alien di Mars?
Laman Engadget, Selasa, 25 Juni 2019, menyebutkan, kadar gas beracun ini cukup untuk menghentikan aktivitas penjelajah ketika para ilmuwan mencari lebih banyak jawaban. Metana adalah gas yang diproduksi oleh kehidupan seperti yang bisa menjadi tanda kehidupan di planet merah itu.
Data jumlah metana oleh Curiosity mencapai 21 bagian per miliar unit dengan volume yang merupakan tiga kali lipat dari jumlah yang dikeluarkan selama lonjakan pada 2013. Namun, tes lanjutan selama akhir pekan lalu, para ilmuwan menemukan bahwa kadar metana sudah turun tajam.
Keingintahuan mendeteksi tingkat metana normal (1 bagian per miliar volume) setelah kenaikan mendadak, menunjukkan bahwa nilai abnormal tinggi berasal dari bulu metana sementara. Jadi, apa artinya itu? Paul Mahaffy, peneliti utama untuk sampel analisis Curiosity di instrumen Mars, mengatakan, "Seikat datang dan seikat pergi."
Keingintahuan itu sayangnya tidak memiliki instrumen untuk menentukan apakah sumber metana adalah biologis atau geologis. Selanjutnya, ilmuwan belum menemukan pola untuk sementara dari Mars. Dengan kata lain, mereka masih jauh dari mengungkap misteri metana planet itu.
Ilmuwan perlu mengumpulkan lebih banyak informasi dari misi lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang itu. Ketika akhirnya ilmuwan mengerti dari mana metana itu berasal, kemudian bisa mengetahui apakah kehadiran metana di planet Merah benar-benar merupakan tanda kehidupan.
Ashwin Vasavada, ilmuwan proyek Curiosity di JPL NASA, mengatakan, "Misteri metana terus berlanjut. Kita lebih termotivasi dari sebelumnya untuk terus mengukur dan menyatukan otak kita untuk mengetahui bagaimana metana berperilaku di atmosfer Mars."
ENGADGET | NASA