Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Misi Mars Berpotensi Memperpendek Umur Astronot

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Rancangan bangunan di Mars untuk astronot pertama di Planet Merah itu. Ini  karya salah satu pemenang Tantangan Habitat Mars 3D. (NASA)
Rancangan bangunan di Mars untuk astronot pertama di Planet Merah itu. Ini karya salah satu pemenang Tantangan Habitat Mars 3D. (NASA)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Paparan sinar matahari yang berlebih menjadi kekhawatiran bagi para astronot yang melaksanakan misi penjelajahan ke luar angkasa. Paparan sinar matahari yang berlebih itu dapat membahayakan kesehatan karena memicu penyakit jantung atau kanker.

Baca: NASA Berhasil Uji Sistem Penyelamatan Astronot ke Bulan

Hal itu sudah lama menjadi momok menakutkan yang berkembang, akan tetapi baru baru ini, hasil sebuah studi menemukan bahwa astronot tidak akan mati sebelum waktunya, tetapi para ilmuwan memperingatkan bahwa misi yang berdurasi panjang akan menimbulkan risiko serius.

Penelitian ini, diterbitkan hari ini di Scientific Reports. Penelitian dilakukan oleh Robert Reynolds dari Mortality Research & Consulting, Inc., di California Bersama tim. Ia melakukan penelitian dengan melakukan analisis statistik dari data historis yang tersedia untuk umum. Sebanyak 418 penjelajah luar angkasa dilibatkan dalam penelitian ini, 301 astronot dan 117 kosmonot.

Penelitian tersebut dilansir dari gizmodo.com, tidak menemukan kaitan antara paparan radiasi ruang angkasa dengan peningkatan risiko kematian akibat kanker atau penyakit kardiovaskular di antara para astronot dan kosmonot, akan tetapi peneliti mengungkapkan bahwa misi dengan durasi yang lebih jauh dari gravitasi Bumi, seperti misi ke Mars, dapat membahayakan dan berpotensi memperpendek umur.

Penelitian ini mempertimbangkan semua astronot NASA sejak 1959 dan semua kosmonot Soviet atau Rusia sejak 1961, yang mengalami perjalanan ke luar angkasa sebelum Juli 2018 untuk astronot dan Desember 2017 untuk kosmonot. Periode usia tindak lanjut rata-rata untuk astronot adalah 24 tahun dan untuk kosmonot adalah 25 tahun.

Hasilnya, tercatat ada kematian sebanyak 89 Jiwa, 53 di antaranya astronot dan 36 lainnya adalah kosmonot. Orang–orang ini meninggal karena berbagai sebab, akan tetapi yang menjadi perhatian Reynolds dan timnya adalah mereka yang meninggal karena kanker dan penyakit kardiovaskular, karena kondisi itu memiliki kaitan untuk dikaitkan dengan paparan radiasi matahari.

Di antara para astronot, 30 persen meninggal karena kanker dan kurang dari 15 persen meninggal karena penyakit jantung. Perolehan ini berbeda untuk kosmonot yang setengahnya meninggal karena penyakit jantung dan 28 persen sisanya karena kanker.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Statistik ini sekilas tampak tinggi dan mengkhawatirkan, namun Reynolds bersarkan analisanya mengatakan bahwa itu adalah hal yang biasa – tidak ada yang istimewa. Tidak ada tren yang dapat dideteksi dari data, dan tidak ada juga kesimpulan yang bisa ditarik bahwa penyebab umum kematian dalam penelitian ini, adalah paparan radiasi.

Astronot dan kosmonot yang melaksanakan misi penjelajahan pada orbit bumi yang rendah masih terlindungi oleh medan magnet Bumi. Berbeda halnya dengan yang akan terjadi di masa depan, saat para astronot dapat melakukan perjalanan lebih jauh ke luar angkasa.

Sedihnya, sebuah misi ke Mars dapat mengambil satu tahun kehidupan seseorang, jika astronot tidak dibekali oleh pelindung atau pakaian luar angkasa yang telah dirancang khusus.

Penelitian NASA pada 2013 menyimpulkan bahwa, tanpa perlindungan yang memadai, tubuh astronot yang akan menjalani misi Mars akan dipenuhi oleh radiasi sebanyak yang mereka terima dari CT scan seluruh tubuh.

Penelitian baru ini menggembirakan bagi para astronot yang menjalankan misi penjelajahan di orbit bumi rendah, tetapi mengingat adanya rencana untuk mengembangkan misi penjelajahan lebih jauh, beberapa solusi terkait perlu dipikirkan sebelum misi dilaksanakan.

SCIENTIFIC REPORTS | GIZMODO | RIDWAN KUSUMA AL-AZIZ

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

20 hari lalu

Ilustrasi stroke. healthline.com
Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.


Studi: Pengguna Instagram dan Snapchat Cenderung Ingin Operasi Kosmetik

39 hari lalu

Logo Instagram. Kredit: TechCrunch
Studi: Pengguna Instagram dan Snapchat Cenderung Ingin Operasi Kosmetik

Hasil studi menunjukkan adanya korelasi penggunaan Instagram dan Snapchat terhadap keinginan untuk operasi kosmetik.


Studi Queen Mary University of London Ungkap Dampak Baik Puasa bagi Tubuh Manusia

46 hari lalu

Umat muslim menikmati makanan dalam acara buka puasa selama bulan suci Ramadhan, di Katedral Manchester, di Manchester, Inggris, 29 Maret 2023. REUTERS/Molly Darlington
Studi Queen Mary University of London Ungkap Dampak Baik Puasa bagi Tubuh Manusia

Peneliti di Queen Mary University of London membuat studi soal bagaimana puasa berdampak bagi tubuh manusia.


AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

56 hari lalu

Pesawat ruang angkasa Odysseus milik Intuitive Machines melewati sisi dekat Bulan setelah masuk orbit bulan pada 21 Februari 2024, dalam gambar selebaran yang dirilis 22 Februari 2024. Intuitive Machines/Handout via REUTERS
AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

Ini merupakan pendaratan pertama AS di permukaan bulan dalam lebih dari setengah abad dan yang pertama dicapai oleh sektor swasta.


Studi Baru Ungkap Dampak TikTok terhadap Kesejahteraan Mental Remaja

19 Februari 2024

Studi Baru Ungkap Dampak TikTok terhadap Kesejahteraan Mental Remaja

Studi baru Universitas Normal Tianjin Cina mengungkap dampak TikTok terhadap kesejahteraan mental remaja.


Hasil Studi: Pengalaman Bullying Bisa Tingatkan Risiko Kesehatan Mental Anak hingga 3 Kali Lipat

18 Februari 2024

Ilustrasi Persekusi / Bullying. shutterstock.com
Hasil Studi: Pengalaman Bullying Bisa Tingatkan Risiko Kesehatan Mental Anak hingga 3 Kali Lipat

Sebuah penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang menjadi korban bullying berisiko tiga kali lipat mengalami masalah kesehatan mental.


Studi: Perbedaan Politik Mungkin Membuat Tetangga Pindah Rumah

17 Februari 2024

Petugas Satpol PP menertibkan Alat Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2024 di Kawasan Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Rabum, 24 Januari 2024. Petugas gabungan yang terdiri dari Bawaslu, Satpol PP, DLHK, Dishub, dan Polres Metro Kota Depok melakukan penertiban Alat Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2024 yang dianggap menyalahi aturan dan mengganggu ketertiban umum. TEMPO/M Taufan Rengganis
Studi: Perbedaan Politik Mungkin Membuat Tetangga Pindah Rumah

Hasil studi peneliti dari University of Virginia menemukan bahwa perbedaan pandangpolitik dengan tetangga bisa membuat seseorang pindah rumah.


Studi Temukan Hubungan antara Kebiasaan Mengupil dengan Penyakit Alzheimer

10 Februari 2024

Ilustrasi anak mengupil. Shutterstock.com
Studi Temukan Hubungan antara Kebiasaan Mengupil dengan Penyakit Alzheimer

Penelitian ini menyoroti bagaimana tindakan yang tampaknya tidak berbahaya seperti mengupil bisa berkontribusi terhadap perkembangan Alzheimer.


Studi: 60 Persen dari 500 Lebih Sumber Air Tanah di Lampung dan Bekasi Tercemar E. coli

7 Februari 2024

Ilustrasi Air Minum. shutterstock.com
Studi: 60 Persen dari 500 Lebih Sumber Air Tanah di Lampung dan Bekasi Tercemar E. coli

Perlu dilakukan pemeringkatan kota berdasarkan tingkat risiko patogen pada rumah tangga yang menggunakan air tanah.


Studi: Memiliki Tujuan Bisa Memperbesar Peluang Menemukan Cinta

6 Februari 2024

Aplikasi kencan. Shutterstock
Studi: Memiliki Tujuan Bisa Memperbesar Peluang Menemukan Cinta

Studi Washington University di St. Louis menunjukkan bahwa memiliki tujuan bisa memperbesar peluang menemukan cinta atau pasangan.