TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan yang dilakukan oleh BPPT melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) adalah sebuah pemanfaatan teknologi untuk inisiasi ke dalam awan agar proses yang terjadi di awan lebih cepat dibandingkan dengan proses secara alami.
Kepala BBTMC BPPT, Tri Handoko Seto, mengatakan bahwa hujan buatan tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai pekerjaan membuat hujan. Teknologi ini, tepatnya, berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan.
"Hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca ini dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan," papar pria yang akrab dipanggil Seto tersebut di Jakarta, Senin, 22 Juli 2019.
Selain itu operasi hujan buatan juga tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan oleh alam. Artinya, jika awannya banyak, juga akan dapat menginkubasi lebih banyak dan otomatis akan menghasilkan hujan yang lebih banyak juga, begitu pun sebaliknya.
Terkait kesiapan BPPT dalam melakukan operasi TMC, Seto menyebut pihaknya perlu melakukan beberapa persiapan, seperti koordinasi dan hal teknis lainnya, di antaranya memodifikasi pesawat untuk dapat digunakan dalam melaksanakan operasi hujan buatan. Setelah itu mendatangkan pesawat ke lokasi, menyiapkan sumber daya manusia, serta menyiapkan bahan semai.
"Untuk melakukan Operasi TMC pun butuh pesawat yang biasanya dimodifikasi khusus untuk operasi TMC, guna mengangkut kru serta bahan semai, berupa garam halus yang nantinya akan disemai di dalam awan," paparnya.
Dia menambahkan, dengan semakin meningkatnya frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi di Indonesia, aktivitas teknologi modifikasi cuaca banyak dimanfaatkan untuk tujuan mitigasi bencana yang disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca.
“Seperti untuk mengantisipasi kekeringan, bencana banjir serta bencana kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan atau Karhutla. Selain itu, Teknologi Modifikasi Cuaca juga sudah dipercaya dalam pengamanan proyek strategis nasional dan kegiatan penting kenegaraan yang bersifat nasional dan internasional baik untuk mengurangi gangguan kabut asap maupun menjaga agar lokasi kegiatan tidak terkendala oleh cuaca ekstrem,” pungkasnya.
Beberapa operasi hujan buatan, di antaranya pada acara Sea Games pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Selatan dalam pengamanan mengurangi curah hujan, PON di Riau pada 2013 yang terganggu kabut asap maupun curah hujan di areal lapangan olah raga, Islamic Solidarity Games di Sumatera Selatan pada 2013, redistribusi curah hujan di wilayah DKI pada 2013 dan 2014.
Selain itu teknologi hujan buatan juga dilakukan pada pengurangan curah hujan di area proyek Pembangunan Jalan Tol Samarinda-Balikpapan tahun 2018, Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Bali, serta kegiataan kenegaraan lainnya seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara.