Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi Baru Ungkap Bulan Memiliki Lebih Banyak Air

image-gnews
Fenomena gerhana bulan parsial terlihat di langit Lombok, Mataram, NTB, Rabu 17 Juli 2019. Fenomena bulan parsial ini terjadi karena titik orbit kesejajaran antara matahari, bumi dan bulan agak miring sehingga menampakkan bulan sebagian dengan bayangan umbra. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Fenomena gerhana bulan parsial terlihat di langit Lombok, Mataram, NTB, Rabu 17 Juli 2019. Fenomena bulan parsial ini terjadi karena titik orbit kesejajaran antara matahari, bumi dan bulan agak miring sehingga menampakkan bulan sebagian dengan bayangan umbra. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Trio peneliti University of California Lior Rubanenko, Jaahnavee Venkatraman, dan David Paige telah menemukan bukti yang menunjukkan ada lebih banyak es di permukaan Bulan daripada yang diperkirakan, demikian dilaporkan laman Phys, Selasa, 23 Juli 2019.

Dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience menggambarkan penelitian tentang kesamaan antara es di Merkurius dan daerah gelap di Bulan. Penelitian tersebut mulai dengan mencatat bahwa Bulan dan Merkurius memiliki lingkungan termal yang agak mirip. 

Penelitian sebelumnya yang menggunakan data dari Observatorium Arecibo dan juga pesawat ruang angkasa MESSENGER NASA menemukan bahwa ada area kawah di kutub Merkurius yang tampak dibayangi dari Bumi.

Sementara, data penyelidikan LRO yang sengaja menabrak permukaan Merkurius (dirilis dari satelit LCROSS yang mengorbit pada 2009) mengungkap air dan uap es. Temuan itu menjadi bukti adanya endapan es setebal beberapa meter di kawah yang teduh.

Penelitian juga menunjukkan bahwa es mampu bertahan di kawah karena teduh, mencegahnya terurai oleh sinar Matahari. Dalam upaya baru ini, para peneliti menyelidiki kemungkinan bahwa area yang mirip di Bulan mungkin juga memiliki es.

Ketiga peneliti itu juga mencatat bahwa baik Merkurius dan Bulan, membayangi kawah dengan bukti pendangkalan karena penumpukan material. Di Mercury, penelitian sebelumnya menunjukkan penumpukan material itu sebagian terbuat dari es.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk mencari tahu apakah hal yang sama berlaku untuk bulan, peneliti selanjutnya memperoleh data yang menggambarkan 2.000 kawah teduh pada Merkurius dan 12.000 kawah teduh serupa di Bulan. Untuk menentukan kesamaan dengan tanda memiliki es, peneliti membandingkan rasio diameter ke kedalaman mereka satu sama lain.

Dengan melakukan itu, mereka mencatat bahwa pendangkalan kawah teduh di Merkurius sangat mirip dengan yang terlihat di kawah teduh di Bulan. Peneliti menyatakan bahan yang terkumpul di kawah dangkal di Bulan kemungkinan es juga.

Jika penelitian mereka terbukti benar, artinya ada jutaan ton es di permukaan Bulan, jauh lebih banyak dari pada yang diperkirakan oleh sebagian besar ilmuwan Bulan.

PHYS | NATURE GEOSCIENCE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

9 hari lalu

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.


Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

17 hari lalu

Ilustrasi Hilal. Robertus Pudyanto/Getty Images
Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.


Pendaratan Odysseus di Bulan, Misi Perdana Pesawat Ruang Angkasa Buatan Swasta

30 hari lalu

Pesawat ruang angkasa Odysseus milik Intuitive Machines melewati sisi dekat Bulan setelah masuk orbit bulan pada 21 Februari 2024, dalam gambar selebaran yang dirilis 22 Februari 2024. Intuitive Machines/Handout via REUTERS
Pendaratan Odysseus di Bulan, Misi Perdana Pesawat Ruang Angkasa Buatan Swasta

Pesawat ruang angkasa besutan Intuitive Machines berhasil mendarat di bulan. Misi yang menentukan kelancaran penerbangan ke bulan di masa depan.


AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

33 hari lalu

Pesawat ruang angkasa Odysseus milik Intuitive Machines melewati sisi dekat Bulan setelah masuk orbit bulan pada 21 Februari 2024, dalam gambar selebaran yang dirilis 22 Februari 2024. Intuitive Machines/Handout via REUTERS
AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

Ini merupakan pendaratan pertama AS di permukaan bulan dalam lebih dari setengah abad dan yang pertama dicapai oleh sektor swasta.


Sempat Hilang Sinyal, Wahana SLIM Jepang Pulih Usai 9 Hari Tanpa Daya di Bulan

59 hari lalu

Seorang jurnalis yang mengenakan perangkat VR mencoba simulasi pendaratan di bulan Smart Lander for Investigating Moon (SLIM), di fasilitas Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), di Sagamihara, selatan Tokyo, Jepang, 19 Januari 2024. REUTERS /Kim Kyung-Hoon
Sempat Hilang Sinyal, Wahana SLIM Jepang Pulih Usai 9 Hari Tanpa Daya di Bulan

Pulihnya perangkat dan panel surya SLIM akibat perubahan arah sinar matahari di bulan.


Pendaratan Wahana Antariksa Jepang SLIM di Bulan Bermasalah

22 Januari 2024

Seorang jurnalis yang mengenakan perangkat VR mencoba simulasi pendaratan di bulan Smart Lander for Investigating Moon (SLIM), di fasilitas Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), di Sagamihara, selatan Tokyo, Jepang, 19 Januari 2024. REUTERS /Kim Kyung-Hoon
Pendaratan Wahana Antariksa Jepang SLIM di Bulan Bermasalah

Panel surya macet, wahana antariksa Jepang SLIM di Bulan bergantung masa hidup baterai. Saat ini sudah hilang sinyal.


Mengapa Pendaratan SLIM Milik Jepang di Bulan Penting?

20 Januari 2024

Roket H-IIA yang membawa pendarat bulan milik badan antariksa nasional diluncurkan di Tanegashima Space Center di pulau barat daya Tanegashima, Jepang. Mandatory credit Kyodo/via REUTERS
Mengapa Pendaratan SLIM Milik Jepang di Bulan Penting?

Mengapa misi pendaratan 'penembak jitu di bulan' Jepang penting?


NASA Tunda Misi Artemis Berawak Pertama ke Bulan hingga September 2025

10 Januari 2024

Misi Artemis 1 NASA dengan megaroket-nya akhirnya berhasil diluncurkan pada Rabu siang WIB, 16 November 2022. Misi pertama Amerika untuk kembali ke Bulan ini telah tertunda sejak 2017. (YouTube NASA)
NASA Tunda Misi Artemis Berawak Pertama ke Bulan hingga September 2025

Artemis 2, yang tadinya dijadwalkan untuk diluncurkan pada November 2024, kini menargetkan September 2025.


Inilah Asal-usul Nama Bulan dalam Kalender Masehi

2 Januari 2024

Ilustrasi kalender kerja. shutterstock.com
Inilah Asal-usul Nama Bulan dalam Kalender Masehi

Kalender masehi memiliki 12 bulan dalam satu tahun dengan nama masing-masing. Bagaimana sejarah penamaan tersebut?


Ilmuwan Temukan Cara Ubah Tanah Bulan Jadi Subur, Risetnya di China

10 November 2023

Bibit kerabat tembakau benth, Nicotiana benthamiana, tumbuh di simulasi tanah bulan di laboratorium Universitas Pertanian Tiongkok di Beijing, Tiongkok, dalam gambar selebaran tak bertanggal yang diperoleh Reuters pada 9 November 2023. Yitong Xia/Handout via REUTERS
Ilmuwan Temukan Cara Ubah Tanah Bulan Jadi Subur, Risetnya di China

Ilmuwan menunjukkan cara mengubah tanah bulan menjadi subur untuk pertanian.