TEMPO.CO, Jakarta -Greenhope atau PT Harapan Interaksi Swadaya selaku produsen teknologi, paten, dan merk dagang Oxium, mengklarifikasi berita viral mengenai kantong kurban Oxium.
"Hal ini terjadi karena ketidaksengajaan pihak penjual independen atau reseller kami yang salah menyebutkan teknologi Oxium, plastik oxo-biodegradable sebagai Ecoplas, plastik yang terbuat dari singkong," ujar Tommy Tjiptadjaja, Direktur Utama PT Harapan Interaksi Swadaya, dalam keterangannya kepada Tempo, Sabtu, 27 Juli 2019.
"Kami menyadari hal ini menimbulkan kebingungan di masyarakat, untuk itu kami ingin menyampaikan beberapa klarifikasi," ujarnya.
Tommy mengakui bahwa Oxium (plastik oxo-biodegradable) bukan plastik yang terbuat dari singkong. "Melainkan aditif yang mampu mengurai plastik dalam waktu 2-5 tahun yang ditandai dengan berkurangnya bobot molekul plastik dan berubah menjadi H2O, CO2 dan biomassa yang sudah diuji menggunakan standar uji ASTM D 6954, D 5208 dan D 3826," ujarnya.
Menurutnya, Oxium sudah tersertifikasi SNI Ekolabel Ramah Lingkungan 7188:7, Ekolabel Swadeklarasi Mudah Terurai yang dikeluarkan oleh KLHK, Sertifikasi Halal, Ekolabel Singapura hingga Ekolabel Malaysia.
Selain itu, tambahnya, Oxium juga sudah mendapat Paten Indonesia, Paten Amerika, dan Paten Singapura.
Menurutnya, Oxium sudah banyak diteliti oleh peneliti independen dan kredibel baik nasional seperti ITB, UNESA, maupun internasional yang jurnal-jurnal ilmiahnya dapat diakses secara online juga.
"Untuk itu teknologi Oxium merupakan teknologi plastik oxo-degradable ramah lingkungan mudah terurai yang sudah teruji dan tersertifikasi yang tidak perlu diragukan lagi keabsahannya," ujar Tommy.
Sebelumnya Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono membantah informasi yang beredar terkait spesifikasi Oxium. "(Informasi itu) salah. Plastik Oxium tidak terbuat dari singkong," ujar Agus kepada Tempo melalui pesan pendek, Kamis, 25 Juli 2019.
Agus juga menjelaskan bahwa kantong plastik Oxium adalah plastik konvensional yang ditambahkan aditif katalis yang memudahkan fragmentasi material plastik. Menurutnya, belum ada bukti yang meyakinkan bahwa plastik oxium dapat membantu lingkungan hidup.