Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti Temukan Aktivitas Manusia Prasejarah di Gua Papua

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Gua Emok Tum di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Dokumen Dr. Marian Vanhaeren dan Prof Wuld Schienfenhovel
Gua Emok Tum di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Dokumen Dr. Marian Vanhaeren dan Prof Wuld Schienfenhovel
Iklan

TEMPO.CO, Jayapura - Peneliti asing, yakni arkeolog asal Perancis Dr Marian Vanhaeren dan antropolog asal Jerman Prof. Wulf Schiefenhovel, menemukan aktivitas manusia prasejarah yang dibuktikan dengan arang sisa pembakaran dan tulang hewan kecil sejenis marsupial di Gua Emok Tum, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.

"Kami baru datang dari Eipomek, Oksibil dan tahun ini kami tidak lakukan penelitian di sana. Tetapi pada tahun lalu (2018,red) kami lakukan ekskavasi di Gua Emok Tum di Kabupaten Pegunungan Bintang," kata Wulf Schiefenhovel ditemani Marian Vanhaeren dan Hari Suroto seorang arkelog Papua di Kota Jayapura, Senin, 29 Juli 2019.

Kegiatan ekskavasi tersebut, kata dia, menemukan sisa arang bekas aktivitas manusia zaman dulu yang diperkirakan pada 2.140 tahun yang lalu sebagaimana hasil dari arang C14.

"Sebenarnya kami kurang berkenan dengan penemuan ini, karena di salah satu tempat di PNG ada penemuan yang lebih lama yakni 8.000 tahun lalu. Tapi penemuan ini cukup membahagiakan bagi penduduk di Oksibil karena nenek moyang mereka telah mengenal api sebelum Yesus lahir," kata Wulf membandingkan.

Lebih lanjut Wulf mengemukakan bahwa di dalam gua tersebut juga ditemukan paruh sejenis burung, selain tulang-tulang hewan kecil sejenis mamalia atau marsupial.

"Jadi, Gua Emok Tum ini seperti tempat persinggahan warga yang akan melintas dari Kampung Okbabe ke Kampung Suntamon yang banyak batu andesit untuk buat kapak batu," katanya.

Gua Emok Tum terletak diantara Gunung Tangop dan Gunung Mandala yang memiliki ketinggian kurang lebih 4.700 MDPL. Untuk ke gua prasejarah tersebut, bisa ditempuh dari Kampung Okbabe dengan menggunakan kendaraan roda empat berpenggerak empat roda karena jalannya yang belum diaspal.

"Kurang lebih sejam lamanya perjalanan itu. Karena Gua Emok Tum terletak di ketinggian kurang lebih 2.500 MDPL," kata Wulf.

Marian menjelaskan bahwa ketertarikan ia bersama Prof Wulf untuk melakukan penelitian di Papua khususnya di Kabupaten Pegunungan Bintang karena ingin mengetahui kehidupan di masa lampau khususnya nenek orang Papua.

Di Situs Kuk Lembah Waghi yang terletak di Papua New Guinea (PNG) telah ditemukan oleh peneliti bahwa ada kehidupan manusia pada 8.000 tahun lalu ditempat tersebut, yang diduga sebagai orang Papua pertama. Situs ini telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia, sementara di Papua belum ada.

Kemudian di Kelela, Lembah Baliem oleh Harbele seorang peneliti dari Australia menemukan jejak pertanian pada 7.000 tahun lalu.

Herbela melakukan penelitian serbuk sari, yaitu sisa-sisa tumbuhan pada masa lalu. Dari penelitian ini diketahui bahwa sejak 7.000 tahun yang lalu di pegunungan tengah Papua sudah ada pertanian awal di Lembah Baliem yaitu budidaya buah merah.

Kabupaten Pegunungan Bintang terletak diantara Situs Kuk, PNG dan Kelela, Lembah Baliem, Kabupaten Jayawiya, Indonesia.

"Hal ini yang membuat saya dan Prof Wulf ingin mengetahui benang merah antara Situs Kuk dan Kelela, karena data etnografi menunjukkan bahwa nenek moyang masyarakat pegunungan tengah Papua berasal dari timur. Jika, data etnografi itu benar maka Pegunungan Bintang yang terletak di paling timur Papua, menjadi jalur migrasi manusia dari timur ke barat," kata Marian.

Marian menerangkan bahwa penelitian itu atas kerja sama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balar Arkeologi Papua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Pegunungan Bintang dengan Universitas Bordeaux Perancis dan Max Planck Institue Jerman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kerja sama untuk penelitian ini membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi hasilnya sangat menggembirakan buat orang Papua, khususnya warga dari Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang. Kami juga akan terus lakukan penelitian di Papua," kata Marian diamini Wulf.

Mengenai Kerja Sama

Secara terpisah Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika mengatakan sejak 2017 ada dua orang mahasiswa dari arkeologi Universitas Bordeux yakni Coralie Girrad dan Fanette Reyjasse melakukan penelitian di kantornya untuk menyelesaikan tugas akhir mereka.

"Kerja sama dengan Universitas Bordeaux ini ke depan diharapkan lebih ke pengembangan SDM yaitu peningkatan kualitas peneliti dari Balai Arkeologi Papua untuk melanjutkan studi di Universitas Bordeaux," katanya.

Terkait penelitian, lanjut dia, Balai Arkeologi Papua pada bulan lalu juga melakukan penelitian di Situs Gua Togece, Kampung Parema, Distrik Wesaput, Kabupaten Jayawijaya. Data hasil penelitian masih dianalisis. Tetapi intinya sama dengan Wulf dan Marian.

Balai Arkeologi Papua juga ingin menemukan situs tertua yang menjadi bukti kehadiran hunian manusia pertama di pegunungan tengah Papua. Jika dibandingkan dengan situs-situs arkeologi di pesisir utara Papua, pada umumnya situs-situs di pesisir Papua berumur 2500 hingga 3000 tahun yang lalu, jauh lebih muda dari Situ Kuk dan Kelela yang ada di pegunungan.

"Jadi diperkirakan manusia prasejarah yang pernah beraktivitas Situs Kuk dan Kelela merupakan nenek moyang pertama Papua yang datang pada gelombang pertama ke Papua. Sedangkan situs-situs arkeologi di pesisir Papua menjadi bukti kehadiran nenek moyang Papua gelombang kedua yang ke Papua," kata Gusti.

Senada itu, Hari Suroto menambahkan nenek moyang pertama Papua hanya mengenal budaya membuat api dan berburu, kemudian mengenal bercocok tanam keladi, pisang, buah merah dan tebu. Mereka ini hanya mengolah bahan makanan dengan cara dibakar saja, mereka belum kenal babi, anjing dan ayam.

"Ketiga binatang ini dibawa oleh nenek moyang Papua gelombang kedua. Nenek moyang gelombang kedua ini, disebut sebagai orang Austronesia. Orang Austronesia lebih banyak tinggal, bermukim dan menghuni di pesisir Papua dan pulau-pulau di lepas pantai Papua, mereka tidak bisa masuk ke pegunungan tengah Papua," katanya.

Salah satu benda yang menjadi ciri khas orang Austronesia ini adalah gerabah (wadah terbuat dari tanah liat,red), gerabah ini untuk memasak, menyimpan makanan, menyimpan air, merebus ikan atau makanan, bahkan untuk mengolah papeda.

Gerabah ini tdk ditemukan di situs arkeologi dan suku-suku di pegunungan tengah Ppaua, budaya gerabah hanya di pesisir saja, salah satu masyarakat yang masih membuat gerabah ini adalah masyarakat Kampung Abaar, Kabupaten Jayapura dan masyarakat Kayu Batu, Kota Jayapura.

"Belajar dari PNG, peneliti Indonesia harus berperan lebih banyak melakukan penelitian di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat," katanya.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


TNI Pastikan Jatuhkan Sanksi terhadap 13 Prajurit yang Siksa Warga Papua

6 jam lalu

Kapuspen TNI Mayjend Nugraha Gumilar (kedua dari kiri), Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjend Izak Pangemanan (ketiga dari kiri), Kadispenad Brigjen Kristomei Sianturi (paling kanan) dalam konferensi pers video viral penganiayaan warga Papua oleh anggota TNI di Subden Mabes TNI, Jakarta Pusat, pada Senin, 25 Maret 2024. Tempo/Yohanes Maharso
TNI Pastikan Jatuhkan Sanksi terhadap 13 Prajurit yang Siksa Warga Papua

Sebanyak 13 prajurit TNI tersangka penganiayaan warga di Papua akan mendapat hukuman yang berbeda, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.


Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

9 jam lalu

Kapuspen TNI Mayjend Nugraha Gumilar (kedua dari kiri), Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjend Izak Pangemanan (ketiga dari kiri), Kadispenad Brigjen Kristomei Sianturi (paling kanan) dalam konferensi pers video viral penganiayaan warga Papua oleh anggota TNI di Subden Mabes TNI, Jakarta Pusat, pada Senin, 25 Maret 2024. Tempo/Yohanes Maharso
Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.


Komite HAM PBB Soroti Isu Pembunuhan di Luar Hukum di Papua

11 jam lalu

Mahasiswa papua memegang poster bergambar penyiksaan oleh oknum TNI terhadap warga Papua mengikuti Aksi Kamisan 811 di seberang Istana Negara, Jakarta, Kamis 28 Maret 2024. Dalam aksinya mahasiswa Papua mengecam penyiksaan yang dilakukan TNI kepada warga Papua yang belakangan menajdi sorotan publik karena videonya tersebar di media sosial. Mereka menuntut pelaku dipecat dan dihukum sesuai perbuatannya. TEMPO/Subekti.
Komite HAM PBB Soroti Isu Pembunuhan di Luar Hukum di Papua

Komite HAM PBB membacakan temuan pelanggaran HAM di Indonesia, salah satunya isu extrajudicial killing terhadap orang Papua.


Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

1 hari lalu

Peta Distrik Sarmi, Papua. google.com
Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

Yayasan Pusaka mengidentifikasi deforestasi di Papua Januari-Februari 2024 seluas 765,71 Ha meski Indonesia mendapatkan dana dari komunitas global.


Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

1 hari lalu

Warga pegunungan memberikan hak pilihnya pada Pemilu serentak 2024 Sistem Noken di Kampung Algoni, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 1.306.414 orang masuk dalam daftar pemilih tetap di Provinsi Papua Pegunungan yang akan menggunakan hak pilih untuk memilih presiden dan wakil presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten / Kota dan DPD. ANTARA / Gusti Tanati
Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

Perludem mencatat, dari 277 sengketa Pemilu 2024 yang masuk ke MK, hampir 10 persen terjadi di Papua Tengah.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

1 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Ke Jokowi, Bos Freeport Janjikan Smelter Gresik Beroperasi pada Juni 2024

1 hari lalu

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dan Chairman & CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson ditemui di Kompleks Kepresidenan Jakarta pada Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Ke Jokowi, Bos Freeport Janjikan Smelter Gresik Beroperasi pada Juni 2024

PT Freeport Indonesia menjanjikan fasilitas pengolahan dan pemurniannya dapat berproduksi penuh pada tahun ini.


Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

2 hari lalu

Seekor biawak di Pulau Biawak, Indramayu, Jawa Barat, 26 Juni 2014. Pada sore hari, biawak-biawak berenang di tepi pantai untuk memangsa ikan. TEMPO/Aditya Herlambang
Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

Rumah artis Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar dimasuki biawak belum lama ini. Hewan apakah ini? Ada sekitar 80 jenis biawak di seluruh dunia,


Kronologi Kematian 1 Anggota TPNPB-OPM, Ini Penjelasan Polda Papua

2 hari lalu

Kabid Humas Polda Papua, Kombes. Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo. Dok Polda Papua
Kronologi Kematian 1 Anggota TPNPB-OPM, Ini Penjelasan Polda Papua

WM telah masuk daftar pencarian orang (DPO) atas kasus penyerangan OPM terhadap pekerja proyek pembangunan Puskesmas Omukia pada Oktober 2023.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

2 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.