TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meminta agar dalam pelaksanaan ospek mahasiswa baru tidak ada tindakan kekerasan. "Ospek tidak boleh ada radikal atau kekerasan dalam kampus," ujarnya di Jakarta Pusat, Selasa, 30 Juli 2019.
Penerimaan mahasiswa baru sudah selesai dan perguruan tinggi di Indonesia sudah mendapatkan mahasiswa baru dengan beberapa proses seleksi. Setelah mahasiswa yang diterima selesai melakukan daftar ulang, artinya siap untuk mengikuti ospek atau pengenalan kampusnya masing-masing.
Ia menjelaskan ospek harus menjadi kegiatan yang mengenalkan mahasiswa baru tentang kampus dan fasilitas kampus. "Maka yang perlu kita lakukan apa? Mengenalkan tentang apa saja yang ada dalam kampus, fasilitas apa saja yang tersedia, bagaimana proses pembelajaran di dalam perguruan tinggi. Itu yang penting," kata Nasir.
Pelaksanaan ospek seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa baru. Sebab, kegiatan tersebut biasanya mahasiswa baru diminta untuk membawa barang dan melaksanakan tugas tertentu. Bahkan, beberapa kali sempat terjadi kekerasan di ajang tahunan tersebut.
Nasir memperingatkan bahwa jika ada kekerasan di dalam kegiatan ospek, maka rektor perguruan tinggi dan direktur politeknik harus bertanggung jawab. "Yang namanya kekerasan dalam kampus harus kita hindari, lah kalau terjadi kekerasan dalam kampus maka rektor lah yang harus bertanggung jawab," tutur Nasir.