TEMPO.CO, Yogyakarta - Mahasiswa UGM yang sedang mengikuti program KKN atau kuliah kerja nyata di wilayah transmigrasi di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, berhasil menjernihkan air yang tadinya berwarna cokelat.
Masyarakat sehari-hari mengambil air dari sungai, yang berwarna coklat karena di wilayah kabupaten itu merupakan daerah lahan gambut. Air yang ada di bak kamar mandipun berwarna coklat kemerahan. Warga transmigran memanfaatkan air itu untuk mandi dan mencuci. Padahal air itu tergolong tidak layak dan dapat menyebabkan iritasi dan gatal-gatal.
Di tangan para mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sedang ikut program kuliah kerja nyata di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, air itu diproses hingga menjadi jernih.
“Warna air di sungai itu disebabkan oleh senyawa organik. Karena banyak lahan gambut,” kata Fuad Atthoriq, salah satu mahasiswa KKN Rasau Jaya, seperti dikutip Humas UGM, Kamis, 1 Agustus 2019.
Sebagai salah satu penanggung jawab program pemurnian air bersih, ia mengatakan sungai Rasau Jaya Satu dan Rasau Jaya Tiga mengandung kepadatan air yang terlarut, senyawa organik, dan banyak bakteri. Air sungai
memiliki Total Suspended Solid (TSS) sebesar 232 mg/L dan pH sebesar 3-4.
“Dengan alat kami, kadar TSS turun menjadi 68 mg/L. Sedangkan pH kami naikkan menjadi 6-6,5,” kata dia.
Ia menjelaskan, tim menggunakan senyawa Poly Alumunium Chloride (PAC) yang berfungsi mengendapkan berbagai senyawa organik dan bakteri pada air. Prosesnya, air sungai dipompa melewati pipa dan diberi klorin.
Klorin berfungsi sebagai pembunuh bakteri.
Air yang disedot dari sungai tadi ditampung di dalam bak penampungan air. Lalu ditambahkan dengan PAC dan pH up agar mengendap. Jika pH sudah naik, baru ditambahkan PAC,” ujar mahasiswa Teknik Kimia UGM angkatan 2016 itu.
Takaran PAC dan pH up disesuaikan dengan volume air yang akan dimurnikan. Untuk satu liter air, dibutuhkan 230 mg PAC dan 120 mg pH. Kira-kira 30 menit, endapan turun dan air bersih berada di atas.
“Semakin lama diendapkan semakin baik,” kata dia.
Belum cukup, setelah endapan turun, air yang sudah mulai jernih difilter supaya bisa lebih jernih lagi. Air ditampung di bak penampungan lain dan sudah siap digunakan.
Fuad mengatakan standar kandungan pH yang baik digunakan untuk mandi dan mencuci, di angka 6-7, sehingga pH pada air tersebut sudah sesuai dengan baku mutu. Air yang semula berwarna coklat itu kini sudah menjadi jauh lebih jernih dan sehat.
Ketua Tim KKN Rasau Jaya, Monika Listania Yuliandari mengatakan alat-alat untuk keperluan instalasi penjernihan air ini sangat mudah didapat. Ia berharap, dengan teknologi sederhana ini, para penduduk di wilayah transmigrasi bisa mudah mendapatkan air bersih.
“Harapannya, masyarakat bisa mendapatkan air bersih dengan mudah,” kata dia.
Berita lain tentang karya mahasiswa UGM, bisa Anda simak di Tempo.co.