Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apa Jadinya Jika Matahari Mati? Tenang Masih 7 Miliar Tahun Lagi

image-gnews
Lubang korona pada 13 Maret 2019. Posisi lubang korona di sekitar ekuator matahari. (instagram/lapan-ri)
Lubang korona pada 13 Maret 2019. Posisi lubang korona di sekitar ekuator matahari. (instagram/lapan-ri)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Matahari memberi energi untuk kehidupan di Bumi. Namun seperti kebanyakan hal di luar angkasa, bahkan bintang sekalipun memiliki masa hidup yang terbatas, dan suatu hari Matahari kita akan mati.

"Ketika sebuah bintang mati, ia mengeluarkan massa gas dan debu ke ruang angkasa. Massa gas dan debu itu dapat mencapai setengah massa bintang," ujar astronom dari Universitas Manchester, Inggris, Albert Zijlstra seperti dilaporkan laman Space, baru-baru ini. "Ini mengungkap inti bintang, yang pada titik ini dalam kehidupan bintang kehabisan bahan bakar, akhirnya mati."

Namun, tidak perlu khawatir tentang kematian Matahari ini dalam waktu dekat. Karena, di dalam Matahari, mesin fusi yang mengaduk bahan bakar bintang, masih memiliki banyak bahan bakar - sekitar 5 miliar tahun. Bintang seperti Matahari terbentuk ketika awan besar gas (kebanyakan hidrogen dan helium) tumbuh begitu besar sehingga ia runtuh karena beratnya sendiri.

Tekanannya begitu tinggi di tengah massa gas yang kolaps sehingga panas mencapai tingkat yang tak terbayangkan, dengan suhu yang begitu panas sehingga atom hidrogen kehilangan elektronnya. Atom hidrogen telanjang, kemudian bergabung bersama menjadi atom-atom helium, reaksi itu melepaskan energi yang cukup untuk melawan tekanan gravitasi yang kuat dan menghancurkan awan gas.

Pertempuran antara gravitasi dan energi dari reaksi fusi memicu Matahari kita dan miliaran bintang lain di galaksi. "Namun sekitar 5 miliar tahun, Matahari baru akan kehabisan hidrogen. Bintang itu saat ini berada dalam fase paling stabil dari siklus hidupnya, sejak kelahiran tata surya sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu," kata Zijlstra.

Menurut ahli astrofisika Jillian Scudder, setelah semua hidrogen habis, Matahari akan tumbuh dari fase stabil ini. Dengan tidak ada hidrogen yang tersisa untuk menyatu dalam inti, cangkang hidrogen fusi akan terbentuk di sekitar inti yang dipenuhi helium.

"Gaya gravitasi akan mengambil alih, menekan inti dan membiarkan sisa Matahari mengembang. Bintang kita akan tumbuh menjadi lebih besar dari yang dibayangkan, begitu besar sehingga akan menyelimuti planet-planet bagian dalam, termasuk Bumi. Saat itulah matahari akan menjadi raksasa merah," tutur Scudder, dalam sebuah artikel The Conversation. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama sekitar satu miliar tahun, Matahari akan terbakar sebagai raksasa merah. Kemudian, hidrogen di inti luar itu akan menguras, meninggalkan banyak helium. Unsur itu kemudian akan berfusi menjadi unsur yang lebih berat, seperti oksigen dan karbon, dalam reaksi yang tidak menghasilkan banyak energi.

Setelah semua helium menghilang, gaya gravitasi akan mengambil alih, dan Matahari akan menyusut menjadi katai putih. Semua bahan luar akan menghilang, meninggalkan nebula planet.

Para astronom memperkirakan bahwa Matahari memiliki sekitar 7 miliar hingga 8 miliar tahun yang tersisa sebelum ia menghilang dan mati. Umat manusia mungkin sudah lama hilang saat itu, atau mungkin sudah menjajah planet lain. 

SPACE | THE COVERSATION | SPACETIME | NASA 


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

3 jam lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

Ahli Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan informasi yang menybut Bumi akan mengalami kegelapan pada 8 April 2024 tidak benar.


Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

10 hari lalu

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.


Ledakan Beruntun Bintik Matahari Raksasa, Apa Dampaknya ke Bumi?

29 hari lalu

Badai matahari dikabarkan akan menghantam bumi pada akhir tahun 2023? Kenali apa itu badai matahari di artikel ini. Foto: Canva
Ledakan Beruntun Bintik Matahari Raksasa, Apa Dampaknya ke Bumi?

Bintik di salah satu sisi matahari mengeluarkan sejumlah ledakan dahsyat pada pekan lalu. Lontaran gelombangnya menghadap ke bumi.


Viral Penampakan 2 Matahari di Mentawai Jelaskan Fenomena Langka Sun Dog

34 hari lalu

Video viral di media sosial menyebut penampakan dua matahari di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai fenomena sun dog. Instagram
Viral Penampakan 2 Matahari di Mentawai Jelaskan Fenomena Langka Sun Dog

Sun dog juga bisa terlihat seperti ada 7 matahari di langit. Masyarakat di Indonesia beruntung kalau bisa melihat fenomena ini.


Mengapa Awan Hujan Berwarna Abu-abu?

27 Desember 2023

Ilustrasi awan mendung/cuaca buruk. TEMPO/Aditia Noviansyah
Mengapa Awan Hujan Berwarna Abu-abu?

Awan hujan berwarna abu-abu karena ketebalannya atau ketinggiannya.


Apa Itu Badai Matahari yang Dikabarkan Bakal Hantam Bumi di akhir 2023

22 Desember 2023

Badai matahari dikabarkan akan menghantam bumi pada akhir tahun 2023? Kenali apa itu badai matahari di artikel ini. Foto: Canva
Apa Itu Badai Matahari yang Dikabarkan Bakal Hantam Bumi di akhir 2023

Badai matahari dikabarkan akan menghantam bumi pada akhir tahun 2023? Kenali apa itu badai matahari di artikel ini.


4 Tips Supaya Bunga Desember Tumbuh Subur

9 Desember 2023

Bunga ini hanya mekar di bulan Desember. Alhasil dinamai bunga desember.
4 Tips Supaya Bunga Desember Tumbuh Subur

Perlu sejumlah persiapan supaya bunga desember bisa tumbuh subur dan mekar dengan optimal


111 Tahun Muhammadiyah, Ini Makna Logo Matahari dan 12 Sinar Utama

19 November 2023

Logo Muhammadiyah. ANTARA/HO-istimewa
111 Tahun Muhammadiyah, Ini Makna Logo Matahari dan 12 Sinar Utama

Muhammadiyah rayakan hari jadinya ke-111. Ini perjuangan KH Ahmad Dahlan mendirikannya, dan makna logo Muhammadiyah.


Ahli: Matahari Mengembang 1.000 Kali Lipat di Masa Akhirnya dan Melenyapkan Bumi Sekejap

2 November 2023

Dua bintik hitam besar di matahari, yang dikenal sebagai sunspots (bintik matahari), muncul pada bulan Februari 2013, dan masing-masing seluas enam kalli Bumi. Kredit: NASA/SDO/AIA/HMI/Goddard Space Flight Center
Ahli: Matahari Mengembang 1.000 Kali Lipat di Masa Akhirnya dan Melenyapkan Bumi Sekejap

Rho Coronae Borealis adalah bintang katai deret utama berwarna kuning-oranye dengan 96 persen massa Matahari Bumi.


11 Oktober Hari Tanpa Bayangan di Bandung, Fenomena Apa?

11 Oktober 2023

Hari tanpa bayangan. ANTARA
11 Oktober Hari Tanpa Bayangan di Bandung, Fenomena Apa?

Hari tanpa bayangan atau kulminasi akan terjadi di Kota Bandung pada Rabu, 11 Oktober. Bagaimana penjelasan ilmiahnya?