TEMPO.CO, Jakarta - Saat menemukan informasi di internet mengenai kemungkinan lokasi kapal selam USS Grunion pada tahun 2002, tiga putra mendiang Komandan Abele, yakni, John, Brad, dan Bruce, mulai mengerjakan dan merencanakan ekspedisi penemuan kapal selam yang merenggut nyawa 70 awak kapal beserta ayah mereka.
Pada bulan Agustus 2006 tim ahli sonar yang disewa oleh tiga bersaudara ini menemukan Grunion di sekitar Pulau Kiska. Kemudian saat ekspedisi kedua dilakukan pada Agustus 2007, tim menggunakan kamera definisi tinggi pada kendaraan yang dapat dioperasikan dari jarak jauh (ROV) yang membantu mereka mendapatkan hasil rekaman video dan foto dengan resolusi tinggi dari puing-puing Grunion.
Baca Juga:
Haluan kapal selam USS Grunion yang karam 80 tahun lalu, ditemukan di Alaska, Juli 2019. (lost52project.org)
Bulan Agustus dipilih sebagai waktu yang tepat, karena ketika dilakukan pada bulan lain, cuaca dapat menjadi berbahaya di bagian Pasifik Utara. Ombak yang besar dapat menghambat penggunaan sistem sonar di dasar laut.
Brad Abele memulai misi pencarian kapal USS Grunion pada tahun 90-an setelah berbincang dengan seorang pensiunan prajurit Angkatan Laut AS yang mengenal ayah mereka. Brad memiliki karir layaknya sang ayah, yakni seorang angkatan laut.
Baca Juga:
“Pengalaman Brad di angkatan laut banyak membantu kami merencanakan strategi untuk misi penemuan ini,” ujar John Abele, yang dikutip dari artikel Telegraph pada tahun 2008.
Pada bulan Agustus 2006, tim ahli sonar pemindaian samping yang disewa oleh saudara-saudara menemukan target di dekat Kiska hampir satu mil di bawah permukaan laut. Ekspedisi kedua pada Agustus 2007 menggunakan kamera definisi tinggi pada kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV) menghasilkan rekaman video dan foto resolusi tinggi dari puing-puing kapal selam armada AS.
"Sungguh dramatis melihat kondisi Grunion. Ini penting bagi para keluarga anggota kru, Angkatan Laut dan negara,"
Tiga bersaudara ini kemudian menghubungi Memorial Kapal Selam USS Cod untuk membantu proses identifikasi reruntuhan Grunion. Kapal itu tergeletak di kedalaman sekitar 3.200 kaki dari permukaan. Air yang sangat dingin dan kurangnya arus yang signifikan telah melindungi sebagian serpihan puing kapal.
Tidak hanya itu, mereka juga dibantu oleh seorang sejarawan perang Jepang bernama Yutaka Iwasaki yang mengetahui lokasi keberadaan Grunion karam. Yutaka mendapatkan informasi dari jurnal seorang perwira militer yang mengomandoi Kano Maru, yaitu sebuah kapal kargo Jepang yang menjadi lawan Grunion sebelum karam.
Menurut pemaparan Bruce Abele kepada Telegraph pada tahun 2008, USS Grunion tenggelam setelah Jepang membalas tembakan 6 torpedo milik kapal selam milik angkatan laut AS tersebut. Seorang perwira Jepang mendengar bunyi keras dan melihat cairan berwarna cokelat menyembur di udara sebelum Grunion menghilang dari permukaan.
Transmisi terakhir Grunion diterima pada 30 Juli 1942. Kapal selam itu melaporkan aktivitas anti-kapal selam yang berat di pintu masuk ke Kiska, dan bahwa ada 10 torpedo yang tersisa di depan.
Pada hari yang sama, kapal selam Grunion diarahkan untuk kembali ke Pangkalan Operasi Angkatan Laut Dutch Harbor di Alaska. Namun, setelah itu tidak ada kontak atau penampakan kapal selam setelah 30 Juli, dan pada 16 Agustus Grunion dilaporkan hilang.
TELEGRAPH | AMERICA’S NAVY | CAECILIA EERSTA