TEMPO.CO, Bandung - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menghelat program Dosen Merenung. Program ini untuk mengajak para dosen mengeluarkan potensi terpendamnya yang belum muncul karena rutinitas di kampus.
Pesertanya minimal punya jabatan Lektor Kepala selama dua tahun lebih.
Baca juga:
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung Brian Yuliarto mengatakan beberapa program sejenis sudah berjalan. Di luar negeri program serupa disebut Sabbatical Leave. Tujuannya agar para dosen bisa mengembangkan diri terkait kondisi terkini keilmuan di kalangan industri maupun universitas lain yang lebih maju.
Adapun nama program Dosen Merenung itu baru muncul pada tahun ini. “Saya kebetulan cukup sibuk sehingga tidak bisa daftar,” katanya Kamis, 15 Agustus 2019. Menurutnya, waktu selama dua bulan cukup lama untuk meninggalkan kampus.
Pendaftaran Program Dosen Merenung dibuka mulai Agustus hingga 7 September 2019. Pelaksanaannya selama 2-3 bulan dari Oktober-November. Kegiatan pokoknya terbagi dua jenis.
Untuk pengembangan akademik, peserta menjadi dosen tamu di perguruan tinggi mitra sesuai bidang keahliannya atau mengembangkan program-program inovasi dalam pembelajaran.
Kegiatan pokok lainnya yaitu pengembangan penelitian dan karya ilmiah, di antaranya menghasilkan joint proposal dan rancangan penelitian gabungan, menghasilkan artikel ilmiah (joint publication) yang siap dipublikasi pada jurnal internasional bereputasi.
Untuk peserta program Dosen Merenung, Kementerian akan menyediakan dana untuk biaya hidup selama mengikuti program, dan tiket kelas ekonomi untuk pesawat domestik antar pulau.
ANWAR SISWADI