TEMPO. CO, Jakarta - Peneliti dari Universitas California mengungkap penemuan alat-alat batu di Mongolia. Penemuan tersebut menjelaskan bahwa Homo sapiens sudah melakukan perjalanan melewati padang rumput Eurosia sekitar 45.000 tahun lalu.
Penanggalan tersebut sekitar 10.000 tahun lebih awal dari yang diyakini para arkeolog sebelumnya. Situs itu juga menunjuk ke lokasi baru di mana manusia modern mungkin pertama kali bertemu dengan sepupu misterius mereka, Denisovans yang sekarang punah, kata Nicolas Zwyns, profesor antropologi dan peneliti utama studi tersebut.
"Alat batu ini ada sebelumnya, di Siberia, tetapi tidak sampai pada tingkat yang standar," kata Zwyns, dikutip Phys, Ahad, 18 Agustus 2019. "(Aspek) paling menarik adalah mereka diproduksi dengan cara yang rumit, tapi sistematis dan itu tampaknya menjadi ciri khas kelompok manusia yang memiliki latar belakang teknis dan budaya yang sama."
Zwyns memimpin penggalian dari 2011 hingga 2016 di situs Tolbor-16 di sepanjang Sungai Tolbor di Pegunungan Hangai Utara antara Siberia dan Mongolia utara. Penggalian menghasilkan ribuan artefak batu, dengan 826 artefak batu yang terkait dengan pekerjaan manusia tertua di situs.
Dengan bilah yang panjang dan teratur, alat itu serupa dengan yang ditemukan di situs lain di Siberia dan Cina Barat Laut, yang menunjukkan penyebaran manusia dalam skala besar di seluruh wilayah. Teknologi itu dikenal sebagai Initial Palaeolithic Atas, membuat peneliti mengesampingkan Neanderthal atau Denisovans sebagai penghuni situs tersebut.
Alat-alat batu ditemukan di situs Tolbor-16 di Mongolia, dengan contoh bilah segitiga panjang (baris bawah, kiri) dan bilah bermata dua (baris bawah, tengah) yang menyerupai yang ditemukan di situs lain di Siberia dan Cina Barat Laut. (nature.com)
"Meskipun kami tidak menemukan sisa-sisa manusia di situs tersebut, tanggal yang diperoleh sesuai dengan usia Homo sapiens paling awal yang ditemukan di Siberia. Setelah dengan hati-hati mempertimbangkan pilihan lain, kami menyimpulkan bahwa perubahan dalam teknologi menggambarkan pergerakan Homo sapiens di wilayah tersebut," kata Zwyns.
Temuan mereka dipublikasikan secara online dalam sebuah artikel di Scientific Reports. Usia situs ditentukan dengan stratifikasi lapisan sedimen dan penanggalan radiokarbon tulang-tulang hewan yang ditemukan di dekat alat. Itu sekitar 10.000 tahun lebih awal dari fosil tengkorak manusia dari Mongolia, dan sekitar 15.000 tahun setelah manusia modern meninggalkan Afrika.
Bukti perkembangan tanah, rumput dan bahan organik lainnya, yang terkait dengan alat-alat batu menunjukkan bahwa iklim untuk suatu periode menjadi lebih hangat dan lebih basah. Hal ini membuat daerah yang biasanya dingin dan kering lebih ramah terhadap manusia dan penggembalaan hewan.
Berita lain tentang Homo sapiens, bisa Anda simak di Tempo.co.
PHYS | SCIENTIFIC REPORTS