TEMPO.CO, Jakarta - Ensiklopedia Silek Minangkabau hasil kerja sama Dinas Kebudayaan Sumbar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas dalam pembukaan Silek Art Festival (SAF) 2019.
Buku setebal 197 halaman itu diserahkan secara simbolis oleh Kepala Dinas Kebudayaan Gemala Ranti kepada Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan Sekretaris Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Sri Hartini di Padang, Senin malam, 19 Agustus 2019.
Gemala menyebut buku tersebut suatu upaya menyebarluaskan informasi tentang silek atau silat Minangkabau dan menjadikannya sebagai pengetahuan bersama.
Beragam informasi tentang silek dalam buku itu diharapkan bisa menjadi salah satu referensi dan sumber pengetahuan bagi generasi selanjutnya.
Pemimpin Redaksi Ensiklopedia Silek Minangkabau Sudarmoko menyebut buku yang diluncurkan itu masih dalam edisi terbatas dan akan segera dicetak ulang dengan beberapa penambahan, terutama foto dan ilustrasi.
Secara konten, isi ensiklopedia itu juga bersifat terbuka yang bisa diperbaharui secara terus menerus hingga menjadi informasi yang lebih utuh dan lengkap.
"Masih banyak entri tentang silek yang belum masuk dalam buku tersebut dan masih butuh penambahan dan penyempurnaan. Mudah-mudahan dalam penerbitan selanjutnya, bisa ditambahkan entri-entri yang masih tercecer," katanya.
Ketua LPPM Unand Uyung Gatot S. Dinata menyebutkan ensiklopedia merupakan media yang terjaga kualitas informasinya karena telah melewati tahapan-tahapan dalam merangkum informasi.
Entri yang disusun dalam buku itu. di antaranya sasaran, gerak, aliran, senjata, pakaian, dan seluruh ekosistem silek.
Namun, karena pokok bahasan yang luas, masih ada informasi yang belum terangkum sehingga tetap dibutuhkan upaya lanjutan untuk penyempurnaan.
SAF 2019 dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan Sekretaris Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Sri Hartini. Ikut hadir dalam acara itu, sejumlah kepala daerah dan tuo-tuo silek di Minangkabau.
Irwan memberikan apresiasi tinggi atas usaha untuk melestarikan silek agar makin dikenal oleh setiap generasi.
"Ini adalah budaya kita yang memiliki nilai dan falsafah yang dalam. Jangan sampai hilang ditelan waktu," katanya.
Sekretaris Ditjen Kebudayaan Sri Hartini mengatakan SAF dalam platform Indonesia merupakan upaya "gotong royong", bersama-sama membangun iklim positif dalam pengelolaan festival budaya di daerah.
Sri sekaligus juga membuka secara resmi Pameran Seni Rupa "Garak jo Garik" di Galeri Taman Budaya Sumbar.
Pameran itu menampilkan 40 karya perupa yang mengekspresikan pembacaan atas falsafah silat selama 10 hari. mulai 20-30 Agustus 2019.
Berita lain terkait budaya Minangkabau, bisa Anda simak di Tempo.co.