TEMPO.CO, Bandung -Rentetan gempa di wilayah Sukabumi selatan telah mencapai 75 kali sejak 10-21 Agustus 2019. Sebanyak enam di antaranya dirasakan warga. Selain Sesar Citarik, kini ada sesar lokal Kluster Bogor yang ikut berperan membuat lindu.
Kepala BMKG Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan rentetan gempa itu merupakan swarm. Lindu itu, menurut BMKG, adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian yang sangat sering dan relatif lama di suatu kawasan.
Gempa swarm terjadi tanpa ada gempa utama. Karena aktivitasnya yang terus menerus, gempa swarm biasanya meresahkan warga. “Getarannya dirasakan dalam skala intensitas II MMI,” kata Tony, Kamis, 22 Agustus 2019.
Skala itu menunjukkan benda ringan yang digantung bergoyang saat gempa hingga getarannya seperti ada truk yang lewat. Gempa itu tidak menimbulkan dampak kerusakan seketika. Hingga Rabu malam, 21 Agustus 2019 pukul 20.49 gempa bermagnitudo 3,3 mengguncang wilayah Kabupaten Sukabumi.
Gempa itu dilaporkan juga terasa di Kabupaten Bogor seperti di Kecamatan Sukajaya, Nanggung, dan Pamijahan. Petugas gabungan telah bersiap menggelar tenda darurat.
Sumber gempa itu di darat pada koordinat 6.76 LS - 106.51 BT dengan kedalaman 10 kilometer. “Akibat aktivitas sesar lokal Kluster Bogor, tidak berhubungan langsung dengan aktivitas vulkanik Gunung Salak,” kata Tony. Sesar kluster Bogor menurutnya berada dalam satu zona atau daerah dengan Sesar Citarik.
Sejak 19-21 Agustus 2019 telah terjadi enam kali gempa dirasakan. Kelima gempa dirasakan di sebagian Sukabumi utara dan sebagian lagi di Bogor selatan dengan skala intensitas II MMI. Secara umum, kata Tony, masih berpotensi terjadi gempa dengan kekuatan magnitudo kisaran 2,0 hingga 3,9 di sana.
ANWAR SISWADI