TEMPO.CO, Bandung - Serangkaian gempa bermagnitudo kecil dalam waktu lama atau swarms bisa punya tiga faktor penyebab. Kasus rentetan gempa seperti di Sukabumi yang terjadi sejak 10 Agustus perlu penelitian untuk kejelasan penyebabnya. Sementara ini diketahui sumber gempanya di darat dan terkonsentrasi di sebelah barat daya kaki Gunung Salak.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan rentetan gempa yang berlangsung di Sukabumi- Bogor tergolong gempa swarms. Rata-rata magnitudo gempanya kurang dari 4,0.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa yang terjadi dibangkitkan oleh penyesaran. Mekanismenya kombinasi pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault) dengan kecenderungan strike berarah utara-selatan.
“Namun demikian hingga saat ini belum diperoleh referensi mengenai keberadaan struktur sesar aktif yang diduga menjadi pembangkit gempa swarm ini,” kata Daryono lewat keterangan tertulis, Kamis, 22 Agustus 2019.
Sebelumnya berdasarkan hasil kajian penelitian dan catatan kegempaan menunjukkan klaster aktivitas gempa di barat daya Gunung Salak. Selama periode 2011-2015 ada sembilan kali gempa yang bermagnitudo 2 hingga 4,6.
Aktivitas gempa ini, kata Daryono, merupakan proses pelepasan tegangan pada batuan kulit bumi yang berlangsung karena karakteristik batuan yang rapuh (brittle). “Jika medan tegangan yang tersimpan dalam sudah habis, maka aktivitas gempa swarm ini dengan sendirinya akan berakhir.”
Pada beberapa kasus gempa, kata Daryono, swarm biasa juga terjadi di zona gunung api. Selain itu bisa juga terjadi di kawasan nonvulkanik di kawasan berkarakteristik batuan rapuh dan mudah mengalami retakan-retakan (fractures).
Sementara peneliti gempa dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Supartoyo mengatakan, kondisi sekitar pusat gempa tergolong batuan vulkanik muda. Dugaannya gempa swarm yang terjadi bisa terkait dengan gunung api. “Biasanya berkaitan dengan aktivitas vulkanik,” katanya. Di sekitar pusat gempa terdapat gunung api Salak dan Gede dalam kondisi status level I atau normal.
ANWAR SISWADI