Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Astronom Gunakan Kosmos untuk Mengukur Massa Partikel Hantu

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
lustrasi neutrino, partikel hantu, yang terdapat di bawah inti bumi. Catalystyogi
lustrasi neutrino, partikel hantu, yang terdapat di bawah inti bumi. Catalystyogi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli kosmologi menggunakan data akselerator partikel untuk mengukur massa neutrino atau partikel hantu, karena bentuknya tak kasat mata dan sulit dideteksi, sebagaimana diungkap laporan penelitian di Physical Review Letters.

"Studi baru ini menunjukkan bahwa kita berada di jalan yang benar sehingga dapat mengukur massa neutrino serta generasi berikutnya dari survei spektroskopi galaksi, seperti DESI, Euclid dan lainnya,” kata astronom Ofer Lahav dari University College London.

Proses penelitian neutrino berlangsung dengan menggunakan alat detektor Cherenkov untuk mendeteksi partikel. Tetapi, cara ini tidak dapat secara langsung menangkap partikel, melainkan hanya dapat mendeteksi efek neutrino yang berkeliaran, dan bukan dari komponen neutrino itu sendiri, sehingga menyulitkan proses identifikasi.

“Kami menggunakan informasi dari berbagai sumber termasuk teleskop berbasis ruang yang mengamati cahaya pertama semesta (gelombang radiasi mikro kosmik), ledakan bintang, peta besar galaksi di alam semesta secara 3D, akselerator partikel, reaktor nuklir, dan banyak lagi,” ucap Arthur Loureiro, ahli kosmologi University College London, Inggris.

Tidak hanya itu, proses pengolahan data turut menggunakan superkomputer bernama Grace untuk melakukan perhitungan. Langkah ini dilakukan untuk menggunakan data yang telah terkumpul agar dapat digunakan sebagai kerangka kerja pemodelan massa neutrino secara matematis.

"Kami menggunakan lebih dari setengah juta jam komputasi untuk memproses data. Ini setara dengan hampir 60 tahun bagi satu prosesor," kata kosmolog Andrei Cuceu dari University College London.

Grace berhasil mengembalikan massa paling ringan dari ketiga neutron 0,086 elektron volt (dengan batas nol lebih rendah), atau sekitar 1,5 × 10-37 kilogram. Tim juga menghitung massa gabungan untuk tiga neutrino - 0,26 elektron volt. Kedua hasil ini memiliki interval kepercayaan 95 persen, di mana elektron stasioner memiliki massa 511.000 volt elektron, atau 9,109 10−31 kilogram.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ini menjadi kali pertama para ilmuwan menetapkan batas atas massa paling ringan dari ketiga jenis neutrino, berupa elektron, muon, dan tau. Ketiganya memiliki tipe rasio yang berbeda dan hanya dapat dijelaskan melalui neutrino yang memiliki massa.

Mereka pun tidak memiliki kendala untuk dua massa lainnya. Meski pun masih ada beberapa ketidakpastian mengenai tingkat ekspansi semesta yang tengah diupayakan untuk selesai oleh para kosmolog.

"Sangat mengesankan bahwa pengelompokan galaksi pada skala besar dapat memberi tahu kita tentang massa neutrino paling ringan, ini merupakan hasil yang sangat penting bagi fisika," kata astronom Ofer Lahav dari University College London.

Batas atas yang sebelumnya ditempatkan pada massa gabungan ketiga neutrino dilakukan melalui pengukuran kosmologis. Data mengenai semesta turut digunakan karena massa neutrino dapat beradaptasi dengan beberapa hal yang diamati secara kosmologis. Hasil penghitungan kerapatan neutrino dapat menempatkan batas atas pada efek kolektif yang dihasilkan partikel tersebut.

Neutrino adalah partikel kecil yang unik yang mirip dengan salah satu partikel subatom paling banyak di alam semesta. Mirip dengan elektron, tetapi partikel hantu ini tidak memiliki massa, karena jarang berinteraksi dengan materi normal, dan bisa saja sedang melewati tubuh kita.

SCIENCE ALERT | LIVE SCIENCE | CAECILIA EERSTA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

17 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

23 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

23 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

24 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Uji Coba Observatorium Timau Ditargetkan Medio 2024

27 Januari 2024

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)
Uji Coba Observatorium Timau Ditargetkan Medio 2024

Pembangunan Observatorium Timau dirintis sejak 2017.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Teleskop James Webb Temukan Lubang Hitam Tertua di Alam Semesta yang Terlihat

20 Desember 2023

Teleskop James Webb Temukan Lubang Hitam Tertua di Alam Semesta yang Terlihat

Para astronom meyakini lubang hitam lahir dari runtuhnya bintang-bintang raksasa.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Teleskop NASA Temukan Lubang Hitam Terjauh yang Pernah Terdeteksi

7 November 2023

Tim peneliti NASA berhasil menemukan tanda-tanda lubang hitam yang sedang berkembang hanya 470 juta tahun pascaperistiwa Dentuman Besar (Big Bang). (NASA)
Teleskop NASA Temukan Lubang Hitam Terjauh yang Pernah Terdeteksi

Lubang hitam tersebut berada pada tahap awal pertumbuhan yang belum pernah disaksikan sebelumnya.