Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Soal Sriwijaya, Dosen UI: Jangan Ikuti Pendapat Babe Ridwan

image-gnews
Arca Buddha dari SitusSriwijaya Bukit Siguntang, salah satu peninggalan Kerajaan .(Sumber: Dokumen Balar Sumatera Selatan)
Arca Buddha dari SitusSriwijaya Bukit Siguntang, salah satu peninggalan Kerajaan .(Sumber: Dokumen Balar Sumatera Selatan)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog yang juga dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Agus Aris Munandar memberikan pesan kepada pembaca agar mengikuti saja kitab resmi yang sudah dikeluarkan tentang Kerajaan Sriwijaya.

"Sementara belum ada kajian yang mendukung pendapat Babe Ridwan (Sriwijaya fiktif) ya jangan diikuti. Ikuti saja kitab yang sudah resmi dikeluarkan selama ini itu saja. Kajiannya belum ada, itu cuma pendapat," kata Agus baru-baru ini.

Pernyataan Sriwijaya fiktif pertama kali muncul pekan lalu, yang disampaikan Budayawan Betawi Ridwan Saidi atau Babe Ridwan. Pernyataan Babe Ridwan yang menyebutkan bahwa Sriwijaya tidak pernah ada dan hanya kelompok bajak laut itu, menuai kritik dari sejarawan dan arkeolog.

"Kalau begitu, prasasti mau dikemanakan, prasasti pertama saja Kedukan Bukit, itu kalau mau dibantah bagaimana caranya," ujar Agus. "Selain prasasti sebagai bukti sejarah adanya Kerajaan Sriwijaya, ada juga arca dan sisa barang kuno. Itu mau dibawa kemana."

Secara publikasi, kata Agus, Kerajaan Sriwijaya publikasinya cukup banyak, mulai dari buku karya O.W. Wolters dan masih banyak lagi. Namun, menurut Agus, Babe Ridwan kemungkinan tidak membaca penelitian yang terbaru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara, duta baca Provinsi Sumatera Selatan Firman Freaddy Busroh mengajak masyarakat khususnya kaum milenial untuk mempelajari lagi Kerajaan Sriwijaya dengan membaca buku menanggapi ramainya polemik Sriwijaya fiktif.

"Di sinilah momentum membangkitkan kepedulian sejarah, semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah harus meningkatkan lagi literasi sejarah, salah satunya dengan membaca buku-buku," ujar Firman seusai pembukaan Pekan Pustaka Palembang II, Ahad, 1 Oktober 2019.

Menurut Firman memahami Kerajaan Sriwijaya perlu didorong dengan distribusi buku bacaan lebih banyak lagi. Juga diimbangi dengan intensitas gelaran diskusi atau kajian yang menyasar kaum milenial, sehingga publikasi mengenai Sriwijaya lebih valid serta tetap eksis.

Dengan memahami sejarah, milenial dapat menanggapi informasi baru secara selektif dan positif dengan mengedepankan keilmiahan metode serta data. "Saya lihat nampaknya tidak banyak yang terpengaruh dari pernyataan beliau (Ridwan Saidi), karena sebagian menganggap data yang digunakannya masih belum jelas," tutur Firman.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Situs Sejarah Hingga Museum Jadi Favorit Wisatawan di Festival Musim Semi Cina

39 hari lalu

Festival Musim Semi di Cina. Xinhua
Situs Sejarah Hingga Museum Jadi Favorit Wisatawan di Festival Musim Semi Cina

Liburan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek berlangsung meriah di Cina. Wisatawan penuhi libur 8 hari itu ke berbagai destinasi wisata menarik.


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

51 hari lalu

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Optimis Ganjar-Mahfud Kuasai Suara, Sekjen PDIP: Keduanya Berpihak Sejarah yang Benar

14 Januari 2024

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto memberikan keterangan kepada media ketika mengunjungi Rumah Susun Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Ahad, 14 Januari 2024. Dalam kunjungannya itu, Hasto juga membagikan telur kepada warga setempat. Tempo/ Adil Al Hasan
Optimis Ganjar-Mahfud Kuasai Suara, Sekjen PDIP: Keduanya Berpihak Sejarah yang Benar

Mengingat pentingnya sejarah itu, Hasto mengungkap pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.


Berkunjung ke Lokasi Tragedi Situjuah di Sumatra Barat, Ada Peringatan Khusus Setiap Januari

12 Januari 2024

Monumen Peristiwa Situjuah di Nagari Situjuah Batua, Sumatra Barat (TEMPO/Fachri Hamzah)
Berkunjung ke Lokasi Tragedi Situjuah di Sumatra Barat, Ada Peringatan Khusus Setiap Januari

Sampai saat ini tragedi Situjuah masih dikenang masyarakat Nagari Situjuah Batua Sumatra Barat. Ada pengibaran bendera sebulan penuh dan ziarah makam


Bernalar Berdaya di SMAN 91 Jakarta: Membangun Generasi Muda dengan Pemikiran Cerdas dan Literasi

11 Januari 2024

Bernalar Berdaya di SMA 91 Jakarta Timur
Bernalar Berdaya di SMAN 91 Jakarta: Membangun Generasi Muda dengan Pemikiran Cerdas dan Literasi

Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan generasi muda terhadap literasi digital dan sejarah.


Ini Alasan Kenapa Tahun Baru Jatuh Pada 1 Januari, Ada Sejarahnya

26 Desember 2023

Januari ditetapkan sebagai awal tahun baru melalui sejarah yang panjang. Berikut ini alasan kenapa tahun baru jatuh pada 1 Januari. Foto: Canva
Ini Alasan Kenapa Tahun Baru Jatuh Pada 1 Januari, Ada Sejarahnya

Januari ditetapkan sebagai awal tahun baru melalui sejarah yang panjang. Berikut ini alasan kenapa tahun baru jatuh pada 1 Januari.


Sejarah Hari Ibu 22 Desember, Berawal dari Sumpah Pemuda

22 Desember 2023

Ada banyak rekomendasi kado untuk hari ibu yang unik. Tidak melulu memberi bunga atau baju, Anda bahkan bisa memberikan kado dalam bentuk investasi. Foto: Canva
Sejarah Hari Ibu 22 Desember, Berawal dari Sumpah Pemuda

Sejarah Hari Ibu 22 Desember berawal dari Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 hingga mencetuskan para perempuan untuk menyatukan diri.


Inilah 3 Alasan Persib Bandung Ubah Hari Lahir Klub

22 Desember 2023

Logo Persib Bandung. (persib.co.id)
Inilah 3 Alasan Persib Bandung Ubah Hari Lahir Klub

Berikut adalah alasan Persib Bandung mengubah tanggal lahirnya menjadi 5 Januari 1919.


Dosen UI: Bawaslu Bisa Pakai Temuan PPATK Periksa Laporan Dana Kampanye

20 Desember 2023

Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini. Dok.TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo
Dosen UI: Bawaslu Bisa Pakai Temuan PPATK Periksa Laporan Dana Kampanye

Titi Anggraini mengatakan Bawaslu bisa menggunakan temuan PPATK untuk memeriksa kebenaran laporan dana kampanye.


Dosen UI Raih Penghargaan TMS 2024 di Amerika, Teliti Limbah Elektronik dan Jejak Karbon

29 November 2023

Dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik (FT) UI Aulia Qisthi, (kanan) (ANTARA/HO Humas UI)
Dosen UI Raih Penghargaan TMS 2024 di Amerika, Teliti Limbah Elektronik dan Jejak Karbon

Dosen program studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI), Aulia Qisthi, meraih penghargaan Best Paper Award.