Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Cerita Raden Fatahillah Versi Ridwan Saidi

image-gnews
Manekin Pangeran Fatahillah di Museum Bahari, Jakarta, Senin (29/04). Manekin tokoh pelayaran yang akan ditampilkan dalam kisah 'Senja Di Sunda Kelapa' saat ini masih dalam tahap penyelesaian. (TEMPO/Yosep Arkian)
Manekin Pangeran Fatahillah di Museum Bahari, Jakarta, Senin (29/04). Manekin tokoh pelayaran yang akan ditampilkan dalam kisah 'Senja Di Sunda Kelapa' saat ini masih dalam tahap penyelesaian. (TEMPO/Yosep Arkian)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan Betawi Ridwan Saidi menjelaskan kembali pernyataannya mengenai Raden Fatahillah  orang Yahudi seperti dikatakannya dalam sebuah video. Menurut dia, sejarah musti ada dasar pembuktian, dia juga menceritakannya secara kronologis.

"Kita harus mulai dulu dari pembebasan Konstantinopel oleh Otoman. Itu kan pada 1453, setelah itu ekonomi Eropa dan sekitarnya dikuasasi penuh oleh Otoman, dan itu nyaris membangkrutkan Yahudi," ujar Babe Ridwan, sapaan Ridwan Saidi, melalui sambungan telepon, Rabu, 4 September 2019.

Sebelumnya, Babe Ridwan menyatakan bahwa Raden Fatahillah keturunan Yahudi dalam sebuah video berdurasi 15 menit 52 detik itu. Video itu diunggah oleh akun YouTube bernama Macan Idealis. Dalam video yang lain juga Babe Ridwan menyebut bahwa Kerajaan Sriwijaya fiktif.

Situasi tersebut, Babe Ridwan melanjutkan, dibaca oleh Raja Portugal, istilah sekarang perang dagang, dan akan membawa kepada perang betulan. Oleh karena itu dia mengutus Ferdinand Mendez Pinto dengan tujuh orang lainnya menumpang kapal yang berkapasitas 8 orang.

"Mendez Pinto menuju daerah Afrika Utara, dia juga memperkirakan bahwa Yahudi bar bar akan bangkit. Yahudi bar-bar itu adanya di kota Akhem, sebelah barat Aljir ibukota Aljazair," kata Babe Ridwan. "Dan, memang betul ada persiapan perang, jadi sebenarnya rombongan Mendez Pinto ini wartawan merangkap intelijen."

Lalu, Babe berujar, kapal orang Yahudi merapat di Kota Aleksandria di Mesir, mereka bertemu dengan Sherif, kelas elit Yahudi Mesir. Rupanya Sherif adalah pemodal, lalu berangkatlah mereka. Dan di perjalanan, mereka merekrut tentara Cina, tentara Kochin, India, termasuk orang Portugis, total pasukan 50.000.

Pasukan tersebut, pecah dua golongan, rombongan pertama dipimpin Aladin ke Semenanjung Malaysia, dulunya Malaya. "Aladin itu nama pimpinan, dalam bahasa Ibrani-nya mengejek agama, yang artinya semacam agama atau serupa agama, Aladin," kata Ridwan.

"Ini ditulis oleh Mendez Pinto dalam tulisan dengan judul Adventures of Ferdinan Mendez Pinto, jangan salah, dokumennya sekarang ada di Harvard University, itu kejadiannya 1539-1540."

Aladin mendarat di Kuala Trengganu, Malaysia, dan menyerang kerajaan itu. Dengan alasan, karena Kuala Trengganu kerajaan Islam. Menurut Ridwan, Yahudi tidak bisa menumpahkan amarahnya ke Otoman karena kuat, sehingga amarahnya ditumpahkan ke kerajaan Islam di timur.

Kuala Trengganu kemudian kalah dan Raja Trengganu melarikan diri, lantas ditempatkanlah lelaki Yahudi yang dipanggil Patih Trengganu. Setelah itu, Raja Trengganu yang terusir ini, menghimpun dan minta bantuan seluruh kerajaan Melayu termasuk di Indonesia.

"Inilah yang saya sebut persatuan Indonesia yang dalam arti rill. Karena dari segala macam Kesultanan Melayu semuanya berhimpun. Dihajarlah itu Patih Trengganu dan dia kalah, Patih Trengganu lari ke Jawa, tapi tidak bergabung dengan orang yang menyebutnya Raden Fateh, dari situ juga ada Patih Unus. Di Jawa Patih Trengganu berubah menjadi Patih Trenggono," kata Babe Ridwan.

Aladin lantas loncat ke Rao di utara Mingangkabau, itu Kesultanan Islam Rao. Diserang oleh pasukan Aladin, Raja Rao atau sultan Rao meninggal. Permaisurinya kemudian menghimpun kekuatan lagi itu pada 1539 akhir.

Dan terjadilah perang, semua Kesultanan Melayu dari Indonesia sampai Malaysia mengirimkan pasukan, Aladin kalah, ditangkap dan dihukum mati dengan diminta memotong lehernya sendiri. "Ini awalnya saya tidak percaya kemudian saya cari dokumen lain, ketemulah dokumen Ibnu Batutah yang abad sebelumnya pernah pergi ke Rao. Ternyata Ibnu Batutah juga menyaksikan hal yang serupa," tutur Ridwan, yang mengaku menggunakan data metode historiharafi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Jawa, Raden Fateh menggempur Kesultanan Demak. Babe Ridwan juga menjadikan relief Candi Borobudur, yang menurutnya melaporkan kedatangan Raden Fateh ke Melayu Deli. Kerajaan Demak menurutnya didirikan sekitar abad 10-11 oleh orang Melayu Deli .

Demak itu dari kata Dama, kata dia, itu bukan Bahasa Jawa, Dama artinya pesta air. "Seluruh masjid di Jawa, kalau Anda perhatikan arsitekturnya Melayu, atap susun menara terpisah, itu kan Melayu," kata dia.

Raden Fateh menggusur Kesultanan Demak.  "Lalu Raden Fateh ini bikin basis, bukan bikin kerajaan, salah, enggak ada kerajaan, Yahudi bikin basis di situ, itu sudah 1540," tutur Babe Ridwan. "Dengan pasukan sekitar 50.000 orang dan menyerbu kerajaan Islam di Pasuruan."

Raja di Pasuruan bernama Raja Pambekel, yang menurut Babe Ridwan adalah keturunan Raden Wijaya dan ibunya orang Banjar. Raja Pambekel mempunyai pendidikan militer di Campa, raja ini hanya memiliki kekuatan 20.000 pasukan, dan bertahan di bukit yang sekarang di Pasuruan bernama Bukit Tempuran.

Di situ, menurut Babe Ridwan, sekitar 30.000 tentara Yahudi tewas, dan sisanya cerai berai. Raden Fateh dan Patih Unus dihukum mati dengan diminta memotong lehernya sendiri. Di Indonesia zaman itu kejahatan yang dianggap paling berbahaya adalah kejahatan terhadap keamanan negara, hukumannya memotong leher sendiri.

"Coba tanya, dimana kuburan Raden Fateh dan Patih Unus, itu disita oleh Kerajaan Pasuruan jenazahnya. Kemudian Patih Trenggoro dia berada di sekitar Pajang, dibunuh di tempat tidur oleh Raden Hadi Wijaya," kata Babe Ridwan.

Lalu, bagaimana dengan Fatahillah? kata Babe Ridwan, Fatahillah yang merupakan rombongan Yahudi, kabur, hanya membawa teman sekitar selusin pada 1540. Fatahillah masuk ke Sunda Kelapa, yang sedang dalam pembangunan menjadi kota baru.

"Di sana ada kontingen tentara Bugis, Lombok disamping tentara Sunda Kelapa. Maka dia mau menyerang siapa, kekuatannya tidak seberapa, akhirnya dia membakar Pasar Pisang di Jalan Kunir sekarang, bekas yang dibakar itu masih bersisa tidak dibangun apa-apa," ujar Babe Ridwan.

Itu yang membuat Fatahillah dijuluki Falatehan. Falatehan, menurut Babe Ridwan, bukan dari bahasa Portugis, tapi dari bahasa Armenia yang menyerap ke bahasa Sunda. Artinya adalah penyulut api, Fatahillah tidak ketahuan mati dimana, karena dikepung oleh orang-orang Betawi dan dipukuli.

Pernyataan Ridwan soal Raden Fatahillah itu ditanggapi oleh Arkeolog Universitas Indonesia Agus Aris Munandar.

"Kalau Raden Fatahillah, bagi saya sih mengikuti Mang Ayat, Prof. Ayat Rohaedi, dia bilang seorang ahli itu boleh ngomong apa saja asal ada data. Kalau tidak ada ya, pertama dia bukan ahli kedua dia pengarang itu saja. Ada datanya tidak sumbernya dari mana," ujar Agus Aris Munandar.

Dalam pelajaran sejarah selama ini, Raden Fatahillah  adalah tokoh yang dikenal telah mengusir Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa dan memberi nama daerah itu Jayakarta  yang berarti Kota Kemenangan, dan kini menjadi kota Jakarta.  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

24 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

26 hari lalu

Lanskap situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Facebook/Danny Hilman Natawidjaja
Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.


Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

26 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

29 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

17 Januari 2024

The Golden Spoon. Dok. Disney+ Hotstar.
6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

Dalam drakor ini, sendok emas tak hanya menjadi objek materi, namun juga mengubah hidup para karakter utama, menjadi lebih penting.


Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

17 November 2023

Dua arkeolog meneliti arsitektur benteng pertahanan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu Selatan dengan cara ekskavasi atau penggalian pada Kamis (16/11/2023). Diketahui ekskavasi juga pernah dilakukan pada 1995. ANTARA/HO-Kominfotik Kepulauan Seribu
Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

Pulau Onrust adalah salah satu pulau bersejarah di kawasan Gugusan Kepulauan Seribu dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.


Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

8 November 2023

Hanukkiyah, tempat lilin yang digunakan selama hari raya Yahudi Hanukkah, berdiri di sisa-sisa ambang jendela yang terbakar, menyusul infiltrasi mematikan oleh orang-orang bersenjata Hamas dari Jalur Gaza, di Kibbutz Be'eri di Israel selatan, 17 Oktober 2023. REUTERS/ Ronen Zvulun
Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

Di sebuah lokasi, tim arkeologi Israel sedang memilah-milah abu dan puing-puing, berharap menemukan sisa-sisa manusia dan dapat mengidentifikasinya.


Arkeolog Yordania Temukan Gua Ashabul Kahfi seperti dalam Al-Quran

28 Oktober 2023

Mulan Jameela dan Ahmad Dhani berpose di Gua Ashabul Kahfi. Mulan tampak cantik menggenakan gaun berwarna merah yang dipadukan dengan hijab berwarna hitam. Sedangkan Ahmad Dhani mengenakan celana jeans, kaos lengan panjang berwarna hitam, dan peci hitam. Instagram.com
Arkeolog Yordania Temukan Gua Ashabul Kahfi seperti dalam Al-Quran

Arkeolog Yordania, Rafiq Wafa Ad-Dujaniy temukan Gua Ashabul Kahfi di daerah Ar-Raheib di Yordania pada 1963.


Situs Warisan Dunia UNESCO Terbaru Ada Hopewell Ceremonial Earthworks

28 September 2023

Newark Earthwork. Unsplash.com/Walter Martin
Situs Warisan Dunia UNESCO Terbaru Ada Hopewell Ceremonial Earthworks

Hopewell Ceremonial Earthworks sebuah bangunan prasejarah yang ditemukan di tengah Ohio, kini termasuk dalam Situs Warisan Dunia


Kisah Sprinkler Tak Sanggup Padamkan Kebakaran Museum Nasional

26 September 2023

Petugas pemadam kebakaran masih berjaga di area Museum Nasional, Selasa, 19 September 2023. Terpantau pengamanan ini sudah memasuki hari ketiga pemeriksaan sejak kebakaran pada Sabtu lalu. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Kisah Sprinkler Tak Sanggup Padamkan Kebakaran Museum Nasional

Kebakaran Museum Nasional Indonesia membuat prihatin banyak pihak, termasuk arkeolog.