TEMPO.CO, Jakarta - Apa kabar akar Bajakah yang Agustus lalu viral setelah tiga siswa SMA di Pontianak yang meneliti khasiatnya, menjadi pemenang sebuah lomba ilmiah di Korea? Ternyata permintaan Bajakah dari berbagai daerah di luar Kalbar tetap tinggi.
Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak, mencatat lalu lintas pengajuan sertifikasi akar bajakah mulai meningkat setelah viral di media masa.
"Pengajuan sertifikasi domestik akar bajakah mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam satu hari ada lebih dari 10, bahkan 20 permohonan yang masuk, sebulan terkahir ini. Padahal biasanya hanya 1-2 permohonan saja," ujar Pemeriksa Karantina di Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak, M Masruri di Pontianak, Senin lalu, 2 September 2019.
Ia menyebutkan pada pertengahan Agustus hingga akhir Agustus 2019, jumlah bajakah yang keluar dari Pontianak sudah sekitar 2.989 kilogram.
Sertifikasi penting dikantongi sebagai syarat agar komoditas tersebut dapat dikirim keluar Kalbar, ke berbagai daerah di Tanah Air.
"Pengajuan permohonan sertifikat domestik ini dapat dilakukan secara individu atau gabungan orang," kata dia.
Dia mengatakan, akar bajakah dikirim ke sejumlah daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Batam, dan Bali.
Sebagian besar pengiriman dilakukan melalui transportasi udara dengan memanfaatkan perusahaan penyedia jasa kurir.
"Rata-rata pengiriman 1-2 kilogram. Tapi pernah juga ada yang mencapai 20 kilogram," kata dia.
Warga Pontianak, Iti, menyebutkan bahwa saat ini ia masih ragu untuk mengkonsumsi bajakah. Hal itu karena masih tidak tahu jenis bajakah yang layak dikonsumsi.
"Kemarin di pameran juga ada orang jual tapi saya ragu mau beli karena tidak tahu mana yang benar - benar bermanfaat," kata dia.
Selaku masyarakat Kalbar ia berharap tanaman hutan yang ada tersebut jangan sampai punah.
"Terpenting lagi dari informasi yang ada tidak semua bajakah bisa digunakan untuk obat. Kita berharap pemerintah hadir untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat perihal ini," kata dia.