TEMPO.CO, Jakarta - Smartphone terbaru dari Apple, iPhone 11 akan dirilis hari ini di Cupertino, Amerika Serikat tepat pukul 10.00 waktu setempat. Namun, menurut survei yang dilakukan situs keuangan WalletHub, penjualan iPhone 11 diprediksi akan menurun.
Survei di AS terhadap lebih dari 1.600 responden yang dilakukan dari 19 Agustus hingga 23 Agustus menunjukkan, 28 persen responden berencana membeli iPhone edisi tahun lalu.
Skor Geekbench yang bocor juga tidak terlihat bagus: dugaan penerus iPhone XR mencetak 5.415 untuk single-core dan 11.294 untuk multi-core, yang hampir sama dengan model tahun lalu. Dan menurut bocoran, ponsel ini hanya memiliki 4 GB RAM, lebih kecil dibandingkan ponsel Android mid-range yang memiliki kapasitas RAM 6GB atau bahkan 8GB.
Bagaimana Apple mengharapkan konsumen untuk membeli ponsel yang sebagian besar terlihat sama dengan model sebelumnya? Dengan fitur seperti pengisian dua arah atau fotografi tiga kamera yang telah ada di ponsel Android sejak beberapa waktu sebelumnya, dijual pada harga premium? Tidak mengherankan, beberapa analis menunjukkan bahwa iPhone 11 akan menjadi "yawner" dan "perjuangan".
Mungkin Apple mengetahui hal ini dan tidak mempermasalahkannya, untuk melewati seri satu ini dan langsung menggebrak tahun depan, 2020, dengan ponsel kelas menengah baru yang terjangkau (mungkin kembalinya iPhone SE). Namun, 2019 tidak terlihat baik berdasarkan survei ini dan prediksi analis lainnya.
Namun, badai sempurna untuk Apple mungkin merupakan kombinasi dari persepsi publik dan situasi pasar. Survei WalletHub 2019 juga menemukan bahwa 144 juta orang Amerika hanya membeli telepon baru ketika perangkat mereka rusak. Orang-orang tidak lagi menunggu rilis iPhone baru, atau telepon lain.
Ponsel iPhone telah menjadi komoditas yang mahal. Alasannya mungkin 94 persen orang Amerika berpikir bahwa ponsel terlalu mahal, menurut survei, dengan hanya 18 persen bersedia membayar US$ 1.000 (setara Rp 14,2 juta) untuk satu smatphone. Sekitar 48 persen hanya akan membayar US$ 300 (setara Rp 4,3 juta), sementara 32 persen mengatakan siap membayar US$ 500 (Rp 7,1 juta).
Berita buruk lainnya, pekan lalu studi dari penyedia layanan Ting mengatakan bahwa 55 persen pemilik ponsel memegang handset mereka selama 3 tahun atau lebih.
Berita lain terkait iPhone 11, bisa Anda ikuti di Tempo.co.
TOMS GUIDE | WALLET HUB