TEMPO.CO, Jakarta - Menurut data Breathe Easy Jakarta, sumber utama polusi udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi sebesar 46 persen, industri 28 persen, sektor domestik 17 persen dan kegiatan konstruksi mengambil porsi kecil sebesar 1 persen.
"Sektor transportasi menyumbang konsentrasi PM2.5 pada 2012 dan diproyeksikan akan meningkat hingga 2030," ujar Ahmad Safrudin dari Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) dalam workshop Soot-free Urban Bus Fleet in Asia, di Pullman Hotel, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 12 September 2019.
Selain itu, Jakarta juga memiliki polusi parah dengan parameter PM10, SO2, NOx, O3, HC, dan CO dengan kemungkinan juga untuk mempengaruhi Air quality index atau AQI. Sektor transportasi juga memiliki kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca.
Sektor transportasi darat mengkonsumsi 63,1 juta liter bahan bakar fosil dan menyumbang 173 MtonCO2e pada 2017 dan berpotensi menjadi 470 MtonCO2e pada 2030. "Kami melakukan riset lima tahun sekali, nah pada 2016 itu 58,3 persen dari lebih dari 10 juta penduduk Jakarta menderita sakit atau meninggal karena polusi udara lokal," kata Ahmad.
Mewakili Deputi Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Agung menyatakan bahwa jumlah masyarakat Jakarta jumlahnya sekitar 10 juta pada malam hari, dan 20 juta pada siang hari. Mereka, kata Agung, membutuhkan mobilitas pulutan kendaraan untuk konsumi bahan bakarnya sendiri.
"Dengan jumlah kendaraan bermotor roda dua 13,3 juta, roda empat 3,5 juta itu kendaraan pribadi, kalau dicampur dengan bus itu angkanya 4,7 juta. Dan mengkonsumsi bahan bakar bensin kendaraan pribadi itu 13,7 juta liter sehari untuk mobil dan motor, 12,2 juta liter per hari," tutur Agung.
Jika dibandingkan, Agung berujar, Provinsi Jakarta, Jawa Barat dan Banten, dari tiga provinsi itu Jakarta mengkonsumsi 70 persen bahan bakar. Dari sini, Agung melanjutkan, sumber utama pencemaran udara di Jakarta angkanya 75 persen dari kendaraan bermotor.
"Transportasi darat itu menghasilkan black carbon, dan di dalamnya ada juga CO dan PM2.5. Tapi Jakarta sudah bergerak melakukan pengendalian terhadap sumber utama pencemar ini dari kendaraan bermotor, yaitu kendaraan bermotor," ujar Agung.