TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Policy & Advocacy WWF Indonesia Aditya Bayunanda membandingkan kasus kebakaran hutan dan lahan 2015 dengan tahun ini di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Menurut Aditya kedua peristiwa karhutla itu berbeda.
"Pemerintah perlu mendudukkan persoalan karhutla yang terjadi, dan jangan dianggap normal. Jika kita bandingkan 2015, itu terjadi karena fase hangat el nino di beberapa tempat. Selama setahun lebih tidak hujan itu dahsyat sekali dan akibatnya luar biasa," ujar Aditya, di Kantor WWF Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa, 17 September 2019.
Karhutla pada 2015 menyebabkan kerugian negara hingga Rp 221 triliun dan lahan yang terbakar mencapai 2,6 juta hektare. Dalam diskusi Indonesia Darurat Karhutla dan Upaya Penyelamatan Hutan yang Tersisa, Aditya menyampaikan bahwa 2015 adalah karhutla yang lebih parah dibandingkan 2019.
Seharusnya, kata Aditya, peristiwa 2015 bisa dijadikan pembelajaran untuk mengatasi karhutla tahun ini. "Kita beruntung pada 2016-2018. Dan 2019 sebenarnya bukan kemarau yang ekstraordinari, ini kemarau normal," kata Aditya.
Untuk 2019, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui SiPongi Karhutla Monitoring System, rekapitulasi luas karhutla pada 2019 mencapai 328.722 hektare. Yang jika tanpa dukungan dan inovasi penanganan, karhutla tahun ini bisa sama buruknya dengan tahun sebelumnya yaitu seluas 510.564,21 hektare.
Hingga hari ini, Adtya menambahkan, upaya pemadaman karhutla yang dipimpin KLHK beserta tim gabungan yang terdiri dari BNPB, BPBD, Polisi, TNI, masyarakat dan LSM terus dilakukan.
"Selama 7 hari, kalau kita lihat di peta, menunjukkan kebakaran di mana-mana, di wilayah produksi, konsesi, di luar konsesi, termasuk area konservasi," kata Aditya. "Kita harus tidak mau menerima ini secara biasa, bandara tutup, sekolah libur, mereka tidak bisa keluar sejak 2-3 minggu lalu."
Selain itu, Aditya berujar, ada masalah ISPA, karena akibatnya kemungkinan tidak langsung. Lukas Adhyakso, Direktur Konservasi WWF Indonesia mengajak untuk peduli terhadap karhutla.