TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ilmuwan dari Universitas Hawaii mempelajari pola curah hujan di Indonesia, yang terdiri atas banyak pulau dan lautan yang luas.
Dalam sebuah studi baru yang dipimpin ilmuwan atmosfer Giuseppe Torri dari Universitas Hawai'i (UH) di Sekolah Ilmu dan Teknologi Laut dan Bumi (SOEST) Manoa, mengungkap perincian hubungan antara fenomena atmosfer yang lebih besar, disebut Madden- Osilasi Julian (MJO), dan pola curah hujan harian di wilayah Indonesia.
MJO mengelilingi dunia di sekitar daerah tropis dan dapat mempengaruhi cuaca pada skala waktu mingguan hingga bulanan, secara bergantian membawa periode berawan, hujan , dan cerah. Torri menemukan bahwa dampak MJO pada pola curah hujan harian Sumatera cukup signifikan.
"Mengingat literatur ilmiah yang ada, MJO berdampak pada konveksi lokal di Negara Maritim," kata Torri, dikutip Phys, akhir pekan lalu. "Satu hal yang mengejutkan bagi saya adalah seberapa baik kita bisa melihat penyebaran konveksi lepas pantai di malam hari. Ini berkat kepadatan stasiun jaringan GPS yang kita pertimbangkan."
Ketika MJO aktif di dekat Negara Maritim, ada lebih banyak uap air, dan karenanya potensi lebih besar untuk peristiwa hujan signifikan, serta lebih banyak variasi dalam uap air sepanjang hari dibandingkan dengan fase tertekan. Selain itu, awan dan hujan tampaknya bergerak lebih cepat di lepas pantai pada malam hari selama fase aktif MJO.
Tim mengandalkan data dari jaringan stasiun GPS yang dipasang di Sumatra dan pulau-pulau tetangga untuk memantau aktivitas tektonik di sepanjang pantai barat Sumatera. Ternyata, sinyal GPS terdistorsi oleh jumlah uap air di atmosfer.
Distorsi ini adalah berita buruk bagi orang-orang yang tertarik pada informasi lokasi, untuk itulah teknologi GPS diciptakan. Namun, para ilmuwan, termasuk profesor ilmu atmosfer UH Manoa Steven Businger, menyadari bahwa distorsi dapat memberi tahu sesuatu tentang keadaan atmosfer dan memelopori penggunaannya sebagai sumber data.
Dengan jangkauan yang luas dari stasiun GPS di pulau Sumatra, tim memiliki data yang memberikan gambaran sangat rinci tentang perubahan atmosfer harian. MJO bisa dibilang merupakan salah satu fenomena terpenting di planet ini, dan dapat mempengaruhi cuaca dan iklim daerah, bahkan ribuan mil jauhnya dari Negara Maritim.
Pemahaman yang lebih baik tentang MJO, dan cara yang baik untuk mensimulasikannya adalah kunci memahami iklim saat ini dan masa depan. Sementara studi lebih jauh memahami dampak MJO pada awan dan hujan di Sumatera, Torri akan bekerja sama dengan ilmuwan atmosfer SOEST Alison Nugent untuk menyelidiki penyebab dampak ini dan mekanisme yang mengontrol penyebaran hujan di lepas pantai.
PHYS | UH