TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah korban gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu pada 28 September 2018 mendirikan tugu peringatan bencana itu di Kota Palu.
Mereka membangun tugu peringatan secara swadaya di bahu ruas Jalan Trans Sulawesi di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, yang tahun lalu juga kena hantaman tsunami. Monumen kecil itu mereka namai Tugu Tragedi 28 September 2018.
Tugu berbentuk pipa yang diatasnya diberi sepeda motor bebek warna merah. Di bawahnya, tertulis "Tugu Tragedi 28 September 2018".
"Tugu itu mulai dibangun kemarin (Minggu) dan selesai hari itu juga. Hanya dikerjakan satu hari saja," kata Samsuddin, salah satu korban bencana yang selamat di kawasan Tugu Tragedi 28 September 2018, Senin, 23 September 2019.
"Motor yang jadi ikon tugu itu milik salah satu korban bencana, biasa dipanggil Bobi," katanya.
Ia menuturkan, sepeda motor itu pada 28 September 2018 petang terseret tsunami yang menyapu dan meratakan tempat tinggal dan tempat usaha ribuan warga Palu, juga Donggala dan Sigi.
Tugu peringatan setinggi 2,5 meter itu menarik perhatian pengendara yang melintasi jalanan Kelurahan Mamboro, termasuk Muhammad.
"Setahu saya hanya di Kota Palu yang ada tugu untuk mengenang tragedi 28 September 2018 itu. Di Kabupaten Sigi dan Donggala tidak ada," kata Muhammad, yang juga seorang korban selamat.
"Padahal keberadaan ikon untuk mengenang bencana 28 September 2018 seperti tugu ini sangat penting agar menjadi peninggalan sejarah untuk generasi yang akan datang bahwa di daerahnya pernah terjadi bencana yang cukup dahsyat," katanya.
Keberadaan tugu peringatan semacam itu, menurut dia, juga bisa menarik wisatawan mengunjungi daerah-daerah yang tahun lalu kena dampak gempa besar, tsunami, dan likuefaksi termasuk Palu, Sigi dan Donggala.