TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan hewan langka dan unik, Hydrophis cyanocinctus, ular laut yang bernapas dari dahinya, dipublikasikan oleh The Conversation. Artikel itu ditulis oleh Alessandro Palci (Research Associate in Evolutionary Biology, Flinders University) dan Kate Sanders (Senior lecturer, University of Adelaide). Berikut kami sajikan kembali selengkapnya, dengan izin dari The Conversation:
Hanya ikan yang memiliki insang, bukan? Salah. Perkenalkan Hydrophis cyanocinctus, seekor ular yang bisa bernapas melalui bagian atas kepalanya.
Spesies dengan panjang 3 meter yang asli dari pesisir Australia dan Asia ini, dapat menghirup oksigen dengan bantuan pembuluh darah yang unik, terletak di bawah kulit, di antara moncong dan dahinya.
Jaringan pembuluh darah ini sangat mirip cara kerjanya dengan insang ikan, dan merupakan penemuan baru dalam adaptasi tambahan yang dapat digunakan ular laut untuk berkembang di laut.
Dalam perkembangannya, ular laut merupakan spesies baru dalam kehidupan laut, berevolusi dari ular darat sekitar 16 juta tahun yang lalu. Ini jauh lebih baru dibandingkan dengan mamalia laut, sperti paus dan dugong, yang telah muncul 50 juta tahun yang lalu.
Namun, sekitar 60 spesies ular laut yang dikenal mampu mengembangkan [berbagai adaptasi terhadap kehidupan laut] yang mengagumkan. Seperti kelenjar garam di bawah lidah, lubang hidung yang menghadap ke atas dan dapat ditutup oleh katup, ekor seperti dayung untuk berenang, serta kemampuan untuk menghirup oksigen dan melepas karbon dioksida melalui kulit mereka.
Beberapa ular laut bahkan telah mengembangkan sensor cahaya di ujung ekornya, mungkin sebagai cara untuk menghindari predator ketika hanya setengah tubuhnya yang tertutup saat bersembunyi di celah-celah.
Lubang misterius di tempurung kepala
Kami kira kami sudah tahu segala hal aneh yang dimiliki ular laut; tapi ternyata kami menemukan sesuatu yang baru. Seperti yang yang kami tulis dalam jurnal Royal Society Open Science, Hydrophis cyanocinctus memiliki insang di dahinya.
Penanda awal kejanggalan ini adalah sebuah lubang (dalam istilah anatomi disebut “foramen”, bahasa latin untuk “lubang”) di bagian atas tempurung kepala spesies ini.
Lubang ini mengingatkan dengan temuan “pineal foramen (lubang kelenjar pineal)” di beberapa spesies kadal, yang di dalamnya terdapat organ kecil yang sensitif disebut mata pineal. Mungkinkah ular laut juga memiliki mata pineal?
Tidak ada tanda-tanda foramen seperti itu ditemukan pada ular modern. Faktanya, ular diperkirakan telah kehilangan pineal foramen paling tidak 100 juta tahun yang lalu - sama dengan usia dari fosil ular tertua yang pernah ditemukan.
Namun, karena beberapa ular laut memiliki organ sensitif di ujung ekornya, maka bisa saja organ serupa muncul kembali di tempurung kepalanya - sejatinya ular berevolusi dari kadal.
Bukan mata, melainkan paru-paru
Kami memutuskan untuk menginvestigasi lebih dalam terhadap foramen pada H. cyanocinctus. Kami mendapatkan beberapa sampel hidup dari Vietnam, tempat ular laut secara umum dijual di pasar ikan sebagai makanan. Kami menggunakan kombinasi antara metode tradisional dan bantuan komputer untuk menghasilkan gambar jaringan lunak di sekitar foramen.
Gambar-gambar di atas membuktikan bahwa ular jenis ini tidak memiliki mata pineal. Apa yang sebenarnya ada di dalam lubang misterius ini adalah pembuluh darah besar (terkadang berpasangan). Pembuluh darah ini berlanjut dan bercabang ke dalam jaringan vena dan sinus yang kompleks, di bawah kulit dahi dan moncong.
Kami kemudian memeriksa ular lain, baik darat maupun laut, menggunakan metode yang sama. Kami menyadari adanya keunikan dari jaringan pembuluh darah pada H. cyanocinctus.
Seluruh ular diperkirakan memiliki jaringan pembuluh darah di bawah kulitnya. Yang membuat H. cyanocinctus istimewa adalah ukuran pembuluh darahnya yang ternyata sangat besar dan menjadi satu vena besar yang masuk ke otak.
Insang di atas kepalanya
Walau jaringan pembuluh darah ini aneh, tapi sebenarnya masuk akal karena ular laut mampu bernapas melalui kulit. Ini terjadi karena konsentrasi oksigen di arteri jauh lebih rendah daripada konsentrasi oksigen pada air laut sekitarnya, sehingga oksigen dapat menyebar melalui kulit dan masuk ke dalam darah.
Namun, kadar oksigen yang rendah dalam arteri bisa menjadi masalah. Otak bisa saja tidak memperoleh oksigen sesuai kebutuhan. Hal ini bisa diatasi oleh jaringan pembuluh darah di dahi dan moncong ular laut, dengan mengambil oksigen dari air laut kemudian mendistribusikannya ke otak saat berenang di bawah air.
Kalau Anda bilang ini mirip dengan insang pada ikan, Anda benar sekali. Meskipun jarak evolusi yang jauh antara kedua kelompok spesies ini, H. cyanocinctus telah berhasil mengembangkan sistem pernapasan yang cara kerjanya hampir sama dengan insang. Ular jenis ini benar-benar penghuni samudera.