Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kemarau Panjang dan Susahnya Menciptakan Hujan Buatan

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Sebuah helikopter menjatuhkan air hujan buatan saat kebakaran hutan di Orange, California, 9 Oktober 2017. REUTERS/Mike Blake
Sebuah helikopter menjatuhkan air hujan buatan saat kebakaran hutan di Orange, California, 9 Oktober 2017. REUTERS/Mike Blake
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Usaha Tim Teknologi Modifikasi Cuaca atau Hujan Buatan Palangka Raya, Kalimantan Tengah, memancing hujan dalam dua pekan berbuah hasil. Selama 30 menit, pada Jumat, 20 September lalu, hujan deras mengguyur Kota Palangka Raya dan Kabupaten Pulang Pisau di Kalimantan Tengah serta Martapura di Kalimantan Selatan, sebagaimana dilaporkan Majalah Tempo edisi 23 September 2019.

Sehari sebelumnya, menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hujan dengan intensitas deras berlangsung di sebagian wilayah Riau. Sudah 4.000 kilogram garam yang dipakai untuk memancing hujan buatan di kawasan itu. Pelaksana tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Agus Wibowo, mengatakan upaya memancing hujan buatan terus diintensifkan. “Agar kebakaran hutan dapat padam dan langit segera bersih kembali,” ujar Agus.

Kebakaran yang melalap kawasan hutan, gambut, serta lahan di Sumatera dan Kalimantan telah memicu kabut asap tebal yang merangsek hingga ke negeri jiran. Sejak Januari lalu, luas wilayah yang terbakar sudah lebih dari 328 ribu hektare. Ada hampir 16 ribu titik panas (hotspot) yang terdeteksi—sekitar 8.800 di antaranya di Kalimantan.

Kebakaran ini adalah yang terburuk setelah api menghanguskan 2,6 juta hektare hutan dan lahan pada 2015. Guru besar bidang perlindungan hutan Institut Pertanian Bogor, Bambang Hero Saharjo, mengatakan kondisi sempat tenang setelah 2015. Kasus kebakaran menurun pada 2016-2018, tapi malah melejit lagi tahun ini. “Kejadian 2015 seharusnya bisa menjadi pelajaran penting agar tak terulang lagi,” ujar ahli kebakaran hutan itu pada Rabu, 18 September lalu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah memprediksi musim kemarau tahun ini berlangsung lebih panjang. Puncaknya jatuh pada Agustus lalu. Namun dampak kekeringan ekstrem masih terasa di beberapa wilayah Indonesia hingga akhir November. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan durasi musim kemarau tahun ini merupakan yang terpanjang kedua, setelah 2015.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles Brotestes Panjaitan mengatakan telah mengantisipasi peringatan kemarau panjang BMKG dan kemungkinan terjadinya kebakaran. Wilayah yang pengawasannya paling tinggi adalah Sumatera dan Kalimantan. Sejak Februari lalu, helikopter patroli dan pemadam kebakaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan disiagakan di Riau. Toh, kebakaran tetap meluas. “Setelah Juni, kekeringan sangat tinggi, sulit mencari air,” katanya.

Hujan buatan menjadi salah satu langkah untuk mengatasi kekeringan. Dalam teknologi modifikasi cuaca ini, natrium klorida disebarkan dari pesawat terbang untuk merangsang tumbuhnya awan hujan. Sekitar 163 ton garam telah disebarkan untuk memancing hujan buatan. Hujan buatan ini juga bisa membantu mengurai asap kebakaran di udara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

BMKG sempat kesulitan menciptakan hujan buatan karena awan tak mencukupi. Diperlukan awan minimal 80 persen agar hujan buatan berhasil. Sedangkan sejak Juli lalu langit Indonesia bersih dari awan. “Bibit-bibit awan yang akan disemai garam itu hampir tidak ada,” kata Dwikorita.

Kabut asap pekat dari kebakaran rupanya mengganggu proses pembentukan awan. Gumpalan asap yang melayang dan tertahan di angkasa menghalangi sinar matahari tembus ke bumi. Akibatnya, proses penguapan air yang menjadi cikal-bakal awan ikut terhambat.

BMKG bekerja sama dengan BNPB serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menggunakan kapur tohor aktif atau kalsium oksida untuk mengurangi asap dari kebakaran. BPPT menyiapkan sekitar 40 ton kapur tohor aktif di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, untuk disebarkan di Sumatera dan Kalimantan.

Kapur tohor aktif yang bersifat eksotermis alias dapat mengeluarkan panas itu ditaburkan dari pesawat di gumpalan asap untuk mengurai partikel dan gas. “Konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan,” tutur Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto.

Hujan buatan membantu memadamkan api di permukaan tanah. Namun kebakaran yang melalap lahan gambut lebih berbahaya. Luas lahan gambut yang terbakar saat ini mencapai hampir 90 ribu hektare—40 ribu hektare di antaranya di Riau. Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan timnya telah mengerahkan 42 helikopter pemadam. Personel pemadam kebakaran swasta, tentara, polisi, serta Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga turun tangan. “Tak menjamin gambut yang terbakar bisa padam,” kata Doni dalam konferensi pers di Graha BNPB pada Sabtu, 14 September lalu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

2 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.


BMKG Prediksi Musim Kemarau Dimulai pada April

24 hari lalu

Petani beraktivitas di sawah kawasan Majalengka, Jawa Barat, Senin, 20 November 2023. Kesulitan air di daerah tersebut mulai dirasakan sejak Juni 2023 hingga saat ini. Akibat musim kemarau, petani mengaliri sawahnya menggunakan pompa dari sumur yang airnya terbatas. TEMPO/ Febri Angga Palguna
BMKG Prediksi Musim Kemarau Dimulai pada April

Pantura bakal menjadi daerah pertama di Jawa yang memulai musim kemarau pada April mendatang.


Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

24 hari lalu

Warga beraktivitas di pinggir Waduk Cacaban, Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 11 September 2018. Akibat musim kemarau tahun ini, volume air di salah satu waduk penyuplai di wilayah Pantura itu menyusut hingga lebih dari puluhan meter sehingga mengancam kekeringan, terutama persawahan di sejumlah wilayah itu. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

24 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Kapan Musim Kemarau 2024 Tiba? Ini Penjelasan BMKG

32 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Kapan Musim Kemarau 2024 Tiba? Ini Penjelasan BMKG

Awal kemarau di Indonesia diperkirakan tidak akan serentak di seluruh wilayah. Kemarau di beberapa daerah mundur dibanding jadwal biasanya.


Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

36 hari lalu

Petugas dari Manggala Agni Daops OKI dan Daops Lahat melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Jungkal, Kecamatan Pampangan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Selasa, 7 November 2023. Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 60 orang petugas Manggala Agni dari Daops OKI, Banyuasin, Lahan dan Muba untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di wilayah tersebut yang terbakar sejak 30 Agustus 2023. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.


Peneliti BRIN: Hujan Akan Berakhir Februari, Maret Pancaroba, Juni Kemarau

56 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika  (BMKG) memantau monitor prakiraan cuaca wilayah Jakarta dan sekitarnya di gedung BMKG, Jakarta. TEMPO/Subekti
Peneliti BRIN: Hujan Akan Berakhir Februari, Maret Pancaroba, Juni Kemarau

Peneliti BRIN memprediksi hujan akan berlangsung sampai akhir Februari, Maret mulai pancaroba, Juni masuk kemarau.


Banjir di Demak Berangsur Surut, Begini Peran Operasi Modifikasi Cuaca

19 Februari 2024

Tim memasukkan bahan semai Natrium Clorida (NaCl) ke pesawat Cessna Caravan untuk Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Lanud Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 17 Februari 2024. Operasi hujan buatan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penanganan banjir Demak. FOTO/DOK. BNPB
Banjir di Demak Berangsur Surut, Begini Peran Operasi Modifikasi Cuaca

Banjir di Demak telah terjadi hampir dua pekan, sempat merendam hingga 35 desa di delapan kecamatan.


Setelah Hampir 2 Minggu, 4 Faktor Ini Akhirnya Membuat Banjir Demak Berangsur Surut

18 Februari 2024

Petugas mengoperasikan Mobile Pump (pompa air bergerak) BNPB di Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu 17 Februari 2024. BNPB bersama Kementerian PUPR, dan BPBD Provinsi Jawa Tengah mengoperasikan 27 pompa air bergerak guna mempercepat penanganan banjir di sejumlah titik wilayah yang masih terendam banjir di Kabupaten Demak. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Setelah Hampir 2 Minggu, 4 Faktor Ini Akhirnya Membuat Banjir Demak Berangsur Surut

Hampir genap dua minggu ini banjir membekap wilayah Demak, Jawa Tengah.


BRIN Perkirakan Kemarau Lebih Ringan Setelah EL Nino Melemah

28 Januari 2024

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
BRIN Perkirakan Kemarau Lebih Ringan Setelah EL Nino Melemah

Peneliti BRIN memperkirakan fase El Nino mulai merangkak turun, sehingga kondisi kemarau tidak separah tahun lalu.