TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan batu yang diduga merupakan batu candi ditemukan para pengurus komunitas cagar budaya Banjarnegara di sejumlah makam yang ada di belakang Hostel Tanijiwo, RT 3 RW 3 Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Bebatuan ini banyak dijadikan pagar atau nisan.
Temuan tersebut diakui Koordinator Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara, Mujib Titian Nurwahid, cukup memprihatinkan. Karena itu Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara bakal mengembangkan nisan virtual history. Nantinya, nisan memuat detail siapa orang yang namanya tercantum pada nisan itu.
“Kalau mau dan pemerintah memfasilitasi, nanti nisan yang memakai kemuncak candi akan kita tukar dengan nisan virtual history. Kita buatkan narasi sejarahnya sebagai apresiasi, bekerja sama melestarikan cagar budaya,” katanya.
Dengan ditemukannya bebatuan tersebut, tidak menutup kemungkinan lebih banyak lagi batuan candi yang raib atau dipakai untuk membangun rumah warga.
“Kemuncak candi banyak sekali ditemukan, satu makam bisa menggunakan 10 sampai 20 batuan candi. Artinya, pada masa itu jumlah candi di Dieng ini sangat banyak,” katanya.
Pengurus Pusat Asosiasi Guru Sejarah Indonesia yang juga Ketua MGMP Sejarah SMA Banjarnegara, Heni Purwono berharap, temuan-temuan batuan candi memicu pemerintah untuk melakukan eksplorasi dan rekonstruksi candi di kawasan Dieng.
“Andai bisa direkonstruksi candi-candi di Dieng seperti Candi Prau, maka akan menjadi destinasi wisata edukasi baru bagi Dieng. Bukan tidak mungkin ke depan, Dieng akan menjadi pusat warisan kebudayaan dunia,” katanya.