Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Gerakan Anak Muda Soal Perubahan Iklim Sepi di Indonesia?

image-gnews
Aktivis dari berbagai organisasi lingkungan melakukan aksi terkait krisis iklim di Taman Aspirasi, Monas, Jakarta Pusat, Jumat 20 September 2019. Dalam aksinya mereka meminta pemerintah untuk serius mengatasi dampak perubahan iklim demi generasi mendatang. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Aktivis dari berbagai organisasi lingkungan melakukan aksi terkait krisis iklim di Taman Aspirasi, Monas, Jakarta Pusat, Jumat 20 September 2019. Dalam aksinya mereka meminta pemerintah untuk serius mengatasi dampak perubahan iklim demi generasi mendatang. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Anak-anak muda di penjuru dunia bergerak untuk menuntut berbagai langkah nyata untuk menghadapi perubahan iklim kepada para politisi. Mereka mencemaskan dampak perubahan iklim di masa depan yang kini telah terjadi. Gerakan seperti itu di Indonesia sejauh ini dinilai belum bergema.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat Meiki W. Paendong mengatakan, pemahaman dan kesadaran di kalangan anak muda masih kurang. Pun pengetahuan soal pemanasan global dan perubahan iklim. “Yang sudah tahu juga belum menganggap hal itu sebagai ancaman nyata,” ujarnya Senin, 7 Oktober 2019.

Sementara Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandung Lulu Aulia Rahmah mendukung gerakan itu. Menurutnya para politikus banyak yang menutup mata soal lingkungan dan perubahan iklim. “Sedangkan dunia kita membutuhkan suatu hal yang bisa mengubahnya sekarang,” ujar dia.

Lulu mengetahui gerakan Zero Hour dan Climate March marak di luar negeri, namun tidak begitu di Indonesia, khususnya di Bandung. “Di sini belum menemukan,” katanya.

Soal mewujudkan gerakan itu, ujar Lulu, ada hambatan sebagai sebagai siswa SMA. Dia berharap kalangan mahasiswa yang melakukannya. “Karena demonstrasi bukan kapasitas pelajar.”

Pelajar, ujarnya, bisa ikut serta kampanye misalnya lewat media sosial. Namun demonstrasi untuk menekan politisi dan pengambil kebijakan soal pemanasan global dan perubahan iklim dinilainya kompleks bagi siswa.

“Soal demo teknisnya bagaimana, persiapan, pelaksanaan, tuntutan apa kan harus dikaji dulu,” ujar Lulu. Mahasiswa dinilainya punya bidang kajian dan jurusan-jurusan terkait di kampus.

Hal serupa Lulu juga diutarakan Rafli Pratrityo, Ketua OSIS SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. Menurutnya, kampanye tentang perubahan iklim sangat minim diterima siswa seperti dirinya. Dia juga mengaku tidak mendapatkan info terkait aksi global terhadap perubahan iklim yang digalang anak muda di dunia baru-baru ini. "Sejauh ini kami belum mendapat info baik dari LSM, pemerintah, atau lingkungan," ujarnya.

Namun, beberapa anak muda baik siswa atau mahasiswa ternyata ikut terlibat aksi global ini, seperti anak muda di Yogyakarta. Setidaknya 100 kalangan muda berkumpul untuk menyuarakan bahaya perubahan iklim di Titik Nol Yogyakarta akhir September lalu. Kalangan muda ini membentangkan beragam poster yang memprotes kerusakan lingkungan dan mengajak orang peduli.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aksi mereka di ramaikan poster bertuliskan planet bumi di atas profit atau uang, bumi mung siji ojo dipateni (bumi hanya satu, jangan dibunuh). Mereka juga mengumpulkan donasi untuk darurat kabut asap dan kebakaran hutan dan lahan di Riau. Mereka juga menggunakan panel surya milik Wahana Lingkungan Hidup yang menyokong energi untuk pengeras suara dan pentas musik.

Mereka terinspirasi dari Greta Thunberg, remaja aktivis lingkungan yang bersama ribuan murid sekolah lainnya berkampanye di depan gedung parlemen Swedia. Greta dan ribuan anak muda berkampanye secara global dengan cara mogok sekolah terhadap lambannya penanganan perubahan iklim.

"Keberanian Greta menginspirasi. Anak muda harus turun ke jalan, jangan cuma sibuk bermedia sosial," kata Puri Permata Sari, mahasiswi Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta.

Puri, 24 tahun, dan kawannya, Retno Widowati merupakan peserta aksi protes perubahan iklim di Titik Nol. Gerakan ini digagas Jaringan Masyarakat Peduli Iklim (Jampiklim) Daerah Istimewa Yogyakarta. Jaringan ini beranggotakan aktivis lingkungan, aktivis isu-isu sosial politik, seniman, dan jurnalis.

Peserta aksi lainnya, Meisy, siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 datang bersama kawan-kawannya untuk menyuarakan keprihatinannya terhadap dunia yang semakin rusak. Dia bicara tentang pencemaran lingkungan karena sampah plastik. "Kami ingin dunia yang lebih baik. Ayo kita tunda kehancuran bumi dengan cara lebih peduli lingkungan," kata dia.

Sebelum menggelar aksi pemanasan untuk menuju puncak aksi yang lebih besar pada 27 September, sejumlah siswa sekolah telah mengikuti diskusi tentang perubahan iklim di Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

ANWAR SISWADI |  SHINTA MAHARANI

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

16 jam lalu

Presiden Jokowi (tengah) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kanan) dan Menko Kemaririman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri) meninjau Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 13 September 2023. Presiden Joko Widodo mencoba kereta cepat dari Stasiun Halim menuju Stasiun Padalarang dan dilanjutkan dengan menggunakan kereta pengumpan dari Stasiun Padalarang menuju Stasiun Bandung. ANTARA/Raisan Al Farisi
Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan mengatakan Indonesiua tidak perlu diajari soal perubahan iklim.


Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo menghadiri rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India, Sabtu, (9/9) di New Delhi, India. Dalam forum tersebut, Jokowi meminta seluruh pihak untuk bersama-sama mengurangi emisi.
Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

Program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Perekonomian (Prospera) sebut pentingnya kompensasi untuk kelompok rentan yang terdampak perubahan iklim.


Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

1 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan Indonesia dalam Sidang ke-78 Majelis Umum PBB di New York, AS, pada Sabtu, 23 September 2023. ANTARA/HO-Kemlu RI
Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

Menlu Retno menyampaikan bahwa setiap negara memiliki hak yang sama untuk membangun dan tumbuh.


Mengenal Apa Itu Bursa Karbon dan Dampaknya untuk Lingkungan

3 hari lalu

Petugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beraktivitas di ruang layanan Konsumen, Kantor OJK, Jakarta. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.)
Mengenal Apa Itu Bursa Karbon dan Dampaknya untuk Lingkungan

Bursa karbon akan diselenggarakan oleh OJK pada 26 September 2023 mendatang. Ketahui dampak bursa karbon dan contohnya berikut.


Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

3 hari lalu

Para pria berdiri di dekat mobil dekat pembangkit listrik tenaga batu bara di Shanghai, Cina,  21 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song
Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

Penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara menyeluruh tidaklah realistis, kata pejabat tinggi iklim Cina.


Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

4 hari lalu

Ilustrasi anak muda dan gadget. Shutterstock
Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

Generasi muda memiliki potensi dan antusiasme untuk berkontribusi dalam membentuk dunia yang lebih hijau, setara, dan berkelanjutan.


2 Strategi Google dan YouTube Indonesia Mengikis Banjir Misinformasi Perihal Pemilu 2024

5 hari lalu

Acara #YukPahamiPemilu yang diselenggarakan oleh Google dan YouTube Indonesia guna menyampaikan kolaborasi menuju pemilu damai 2024 di Chubb Square Jakarta pada 20 September 2023. Istimewa
2 Strategi Google dan YouTube Indonesia Mengikis Banjir Misinformasi Perihal Pemilu 2024

Google dan YouTube Indonesia berkolaborasi dengan berbagai mitra untuk berupaya menangkal misinformasi perihal pemilu.


Di Festival Like 2023, Jokowi Singgung Perubahan Iklim dan Polusi di Jakarta

7 hari lalu

Presiden Jokowi berfoto dengan penerima SK Perhutanan Sosial & Adat dalam puncak Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan (Festival LIKE) di Indonesia Arena, GBK, Jakarta, Senin, 18 September 2023. TEMPO/Subekti.
Di Festival Like 2023, Jokowi Singgung Perubahan Iklim dan Polusi di Jakarta

Presiden Jokowi mengingatkan soal perubahan iklim yang tengah terjadi di dunia, dan menyoroti keadaan polusi di Jakarta.


Sejarah Hari Ini: Kilas Balik Penandatanganan Protokol Montreal 1987

9 hari lalu

Ilustrasi lapisan ozon (net)
Sejarah Hari Ini: Kilas Balik Penandatanganan Protokol Montreal 1987

Protokol Montreal berisi tentang komitmen tentang zat yang merusak lapisan ozon sebagai tanggapan terhadap iptek mengenai penipisan lapisan ozon.


Ipang Wahid Stratejik Ungkap Media yang Jadi Referensi Masyarakat, Tempo.co Termasuk Media Dinilai Tajam dan Kritis

13 hari lalu

Dewan Pers Arif Zulkifli menyampaikan peran penting media saat menghadiri peluncuran Wajah Baru Tempo Digital di Hutan kota by Pelataran, Senayan, Jakarta, 21 Juni 2022. Tepat pada hari peringatan pembredelan majalah Tempo pada 21 Juni, Tempo Media Group meluncurkan wajah baru Tempo digital. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Ipang Wahid Stratejik Ungkap Media yang Jadi Referensi Masyarakat, Tempo.co Termasuk Media Dinilai Tajam dan Kritis

Ipang Wahid Stratejik lakukan penelitian media yang jadi referensi masyarakat dari politik hingga gosip. Tempo.co masuk media dinilai kritis.