TEMPO.CO, Jakarta - Gempa beruntun yang mengguncang kota Ambon, Kamis siang, 10 Oktober 2019, menimbulkan kepanikan masyarakat Kota Ambon, sehingga sebagai besar memilih mengungsikan diri ke kawasan pegunungan di sekitar ibu kota provinsi Maluku itu.
Serangkaian gempa beruntun diawali dengan gempa bermagnitudo 5,2 pada pukul 13.39.44 WIT dan berpusat di 3,57 Lintang Selatan (LS) dan dan 128,26 Bujur Timur (BT) atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 16 Km arah Timur Laut Kota Ambon, pada kedalaman 10 km.
Goncangan lumayan keras dengan skala V MMI. Selang 3 menit, terjadi lagi gempa magnitudo 4,6 yang menimbulkan goncangan III sampai IV MMI di kota Ambon. Setelah itu terjadi empat kali goncangan lagi, meskipun melemah.
Ratusan warga dengan menggunakan kendaraan bermotor maupun berjalan kaki menuju kawasan Kudamati dan Gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe, untuk menyelamatkan diri karena daerahnya tergolong tinggi.
Suasana kepanikan akibat diguncang gempa beruntun membuat warga tidak sabar dan saling berebutan untuk mencapai wilayah tinggi, sehingga menimbulkan kemacetan arus lalu lintas di hampir semua wilayah pusat Kota Ambon.
Beberapa orang ibu, terlihat berjalan terburu-buru sambil menangis karena mengkhawatirkan anak-anak mereka yang sedang bersekolah maupun kuliah.
"Saya tadi pagi sudah melarang anak saya untuk ke kampus di kawasan Poka, Kecamatan Teluk Ambon, menyusul gempa tadi pagi, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk pergi. Sekarang kondisi panik begini saya sulit menghubungi anak saya," ujar Ny. Betty.
Gempa beruntun tersebut membuat warga yang sedang beraktivitas di kantor maupun siswa sekolah berlarian keluar dan memilih menyelamatkan diri masing-masing ke lokasi aman.
"Beta (saya) deng (dengan) tamang-tamang (teman-teman) mengungsi ke Kudamati dulu. Nanti setelah suasana aman baru pulang ke rumah," kata Michael, siswa SMP Negeri 19 Talake, Kecamatan Nusaniwe.
BMKG mencatat hingga Kamis siang pukul 14.05 WIT terjadi delapan aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M=4,6.