TEMPO.CO, Jakarta - Ekskavasi Balai Arkeologi Papua di Situs Yomokho di dekat Danau Sentani, Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua berhasil menemukan obsidian.
"Obsidian dalam bentuk pecahan, yang biasanya dihasilkan lewat pemangkasan dari batu inti dalam proses pembuatan alat serpih. Obsidian menjadi komoditas utama yang diperdagangkan oleh mereka yang mempunyai budaya Lapita," kata arkeolog Hari Suroto, Jumat, 11 Oktober 2019.
Orang-orang Lapita berasal dari Pulau Manus, Britania Baru, sebelah utara Papua Nugini. Mereka melakukan serangkaian perdagangan jarah jauh dengan menggunakan perahu layar bercadik pada 3500 tahun yang lalu.
Sebelumnya tim arkeologi menemukan manik-manik ukuran besar dan pecahan gerabah serta gigi babi di atas permukaan di situs Yomokho, sebelum dilakukan ekskavasi. Temuan ini menunjukkan situs Yomokho berasal dari zaman Neolitikum.
Ekskavasi Balai Arkeologi Papua di Situs Yomokho di dekat Danau Sentani, Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua, Oktober 2019. (Dok. Hari Suroto/Balar Papua)
Jaringan perdagangan orang Lapita ini termasuk salah satu jaringan dagang yang paling mula-mula sekaligus paling luas jangkauannya pada jaman prasejarah, hingga mencapai Sabah dan Fiji, kata Hari.
Secara geologis, obsidian tidak didapatkan di Kawasan Danau Sentani dan pegunungan Cyclops. "Temuan obsidian di Situs Yomokho, membuktikan bahwa pada masa prasejarah, telah terjadi kontak antara manusia penghuni Danau Sentani dengan luar," katanya.
Obsidian yang ditemukan di Situs Yomokho, menunjukkan bahwa kawasan Danau Sentani pada masa prasejarah, menjadi bagian dalam jaringan perdagangan Lapita.
"Hal ini didukung oleh hutan sekitar Danau Sentani dan pegunungan Cyclops yang menghasilkan komoditas khas berupa burung cenderawasih, untuk dipertukarkan dengan obsidian-obsidian dari Britania Baru," katanya.
Budaya Lapita telah sangat maju sehingga memungkinkan orang Lapita mampu mengadakan perjalanan laut yang sangat jauh sampai bisa mencapai pulau-pulau di Pasifik hingga pesisir utara Papua dan pulau-pulau di lepas pantai Papua. Sekitar 2500 tahun yang lalu, jaringan dagang Lapita mengalami kemunduran.