TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan BPPT berupaya melakukan penguasaan teknologi di bidang kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dengan membangun BPPT Artificial Intelligence Innovation Center.
Keberadaan BPPT AI Innovation Center ini, ujar Hammam, akan semakin meningkatkan dukungan teknologi BPPT bagi semua kalangan. BPPT, menurutnya, siap untuk melakukan kerja sama terkait penerapan AI di berbagai bidang.
“Pembangunan AI Center BPPT sudah dalam tahap penyelesaian. Kecanggihan teknologi AI atau kecerdasan buatan ini harus kita optimalkan untuk percepatan dan efisiensi pembangunan nasional,” jelas Hammam usai pertemuan Indonesia AI Accelleration Advisory Board di Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2019.
Hammam mengatakan teknologi kecerdasan buatan dapat digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari pertanian, farmasi, militer, hingga mitigasi bencana.
AI adalah sebuah teknologi yang dapat ditugaskan untuk melakukan rasionalisasi data dan formulasi untuk menghasilkan rekomendasi berupa hasil atau tindakan yang memiliki peluang terbaik.
Sebagai contoh, di bidang mitigasi bencana, BPPT baru saja bekerja sama dengan BMKG untuk pengembangan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) berbasis AI yang diharapkan dapat mencegah bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi setiap tahun.
“Artinya dengan kecerdasan buatan, Operasi TMC dapat dilakukan sebelum Karhutla. Jadi begini, BMKG punya data musim kemarau, musim hujan, dan iklim lainnya. Informasi itu merupakan big data yang bisa dipakai pada mesin AI untuk machine learning atau deep learning. Itu bisa dikembangkan dan didalami untuk menghasilkan model, yang dapat menghasilkan rekomendasi berupa prediksi waktu yang tepat untuk pelaksanaan TMC, guna mencegah Karhutla,” paparnya.
Hammam berharap dengan pemanfaatan AI ini peran teknologi sebagai penghela perekonomian nasional dapat meningkat. Dicontohkan olehnya di negara maju upaya pengembangan obat, hingga eksplorasi sektor migas, sudah berbasis AI.
"Perusahaan farmasi di negara maju saat ini mulai bermitra dengan pengembang AI dalam riset bidang farmasi. Bahkan Google dan Facebook melakukan hal tersebut,” jelasnya.
Terkait kecerdasan buatan untuk urusan eksplorasi Migas, hal ini juga merupakan sebuah keniscayaan. Minimnya inovasi dan pengembangan teknologi baru dalam eksplorasi migas di tanah air, membuat sektor ini terus mengalami penurunan produktivitas.
“Padahal, paradigma baru eksplorasi Migas, yang semula hanya survei seismic 2D, kini dengan pengembangan AI yang massif, dapat menghasilkan model 4D, sehingga menghasilkan gambar bawah permukaan laut yang lebih rinci," paparnya.
Terkait pameo AI menggantikan peran manusia, Hammam menyebut hal itu tidak sepenuhnya benar. “Teknologi kecerdasan buatan ini bukan menggantikan manusia dalam bidang pekerjaan, namun justru akan lebih membantu, mempermudah, dan meningkatkan performa suatu pekerjaan,” pungkasnya.