TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang tidak menyangka Nadiem Makarim ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Jokowi. Apalagi dalam kabinet ini, Kemdikbud juga akan mengurus pendidikan tinggi, yang sebelumnya masuk Kementerian Riset.
Namun Nadiem, yang sebelumnya diperkirakan akan menjadi menteri di bidang informatika atau ekonomi kreatif sesuai keberhasilannya melahirkan dan membesarkan Gojek, punya jawaban.
"Alasan kenapa saya terpilih walaupun saya bukan dari sektor pendidikan adalah pertama saya lebih mengerti, belum tentu mengerti, tapi lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan kita," katanya setelah acara pelantikan menteri di Istana Negara Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019.
Nadiem, yang dikenal sebagai pembangun perusahaan teknologi, dinilai mampu mengantisipasi tantangan masa depan, termasuk yang berkenaan dengan kebutuhan lingkungan pekerjaan pada masa mendatang.
"Sekali lagi ini adalah visi Bapak Presiden bukan visi saya, link and match itu adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan di institusi pendidikan, menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan, agar bisa adaptasi dengan segala perubahan itu," kata pria yang lahir di Singapura pada 4 Juli 1984 itu.
Alasan berikutnya berhubungan dengan pentingnya peran teknologi dalam mendukung pengembangan 300.000 sekolah dan 50 juta murid di Indonesia.
"Mau enggak mau peran teknologi akan sangat besar dalam semuanya, kualitas, efisiensi, dan administrasi sistem pendidikan sebesar ini ya, jangan lupa ini empat terbesar di dunia sistem pendidikan ini, jadi peran teknologi sangat penting," katanya.
Alasan yang ketiga, menurut Nadiem Makarim, lantaran Presiden memerlukan sosok yang inovatif yang bisa mendobrak, yang tidak melakukan segala sesuai sebagaimana biasa.