Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rektor IPB Arif Satria Diangkat Menjadi Guru Besar

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Rektor IPB Arif Satria di Aula Inovasi IPB, Dramaga, Bogor, Jumat 18 Oktober 2019. TEMPO/M.A MURTADHO
Rektor IPB Arif Satria di Aula Inovasi IPB, Dramaga, Bogor, Jumat 18 Oktober 2019. TEMPO/M.A MURTADHO
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, terhitung sejak Oktober 2019 Arif Satria yang kini menjabat Rektor IPB telah diangkat menjadi Guru Besar Tetap Bidang Ekologi-Politik di IPB.

Arif merasa lega dengan gelar ini karena memang merupakan mimpi sejak awal jadi dosen. "Sekaligus lunasi janji saya ke orang tua. Saya tidak bisa membalas segala kasih sayang orang tua saya selama ini selain dengan karya-karya seperti ini. Moga gelar guru besar ini bisa membuat orang tua saya bahagia dan bangga," ujar Arif, dalam keterangan yang diterima Tempo, Jumat, 25 Oktober 2019.

Setiap saat orang tua Arif selalu menanyakan kapan mencapai puncak tertinggi akademik sebagai guru besar. Dengan gelar ini, Arif merasa tertuntut untuk lebih produktif dalam menghasilkan karya-karya akademik.

"Gelar guru besar bukan akhir perjalanan akademik, tetapi harus kita anggap sebagai awal perjalanan. Sehingga harus ada karya-karya lanjutan yang lebih baik di masa mendatang. Bagaimana pun juga saya dibesarkan oleh IPB. Saatnya saya harus terus berbuat untuk kemajuan IPB", ujar Arif.

Arif Satria lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 17 September 1971 dari pasangan Faruk Hasan dan Sri Utami. Putra kedua dari tiga bersaudara ini menikah dengan Retna Widayawati dan dikaruniai seorang putra Zafran Akhmadery Arif (20 tahun) dan seorang putri Sweetyandari Nidya Areefa (10 tahun).

Ayah dua anak ini menyelesaikan pendidikan formal sejak SD hingga SMA di Pekalongan. Arif termasuk siswa yang berprestasi, dibuktikan dengan menjadi siswa teladan 1 tingkat SLTP tahun 1986 dan siswa teladan 1 tingkat SLTA tahun 1989. Selain berprestasi bidang akademik, Arif menunjukkan kemampuan kepemimpinannya sebagai ketua OSIS sejak SMP.

Pada tahun 1990, Arif Satria melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, ia aktif sebagai pimpinan mahasiswa, seperti sebagai Presidium Senat Mahasiswa IPB, National Director dan salah seorang pendiri International Association of Student in Agricultural and Related Science (IAAS) Indonesia.

Lulus dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB pada tahun 1995, Arif kemudian melanjutkan S2 di Program Sosiologi Pedesaan IPB dan lulus tahun 1999, dan menyelesaikan Program Doktor di bidang Marine Policy, Kagoshima University, Jepang tahun 2006.

Arif diangkat menjadi dosen di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 1997, kemudian di tahun 2019 ini memperoleh gelar Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia IPB dalam bidang Ekologi Politik.

Sampai saat ini, ia telah meluluskan 43 sarjana, 48 magister dan 14 doktor. Selain tugas utama sebagai pengajar, tahun 2017 Arif diberi amanah sebagai Rektor IPB periode 2017-2022. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Dekan FEMA selama 2 periode (2010-2017).

Jabatan lain di IPB yang pernah diemban yaitu Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB (2008-2010), Sekretaris Bagian Kependudukan, Kajian Agraria dan Ekologi Politik, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan masyarakat IPB (2007-2010), Kepala Divisi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Pusat Kajian Pesisir dan Laut (PKSPL) IPB (2006-2008), Kepala Program Agraria Masyarakat Pesisir, Pusat Studi Agraria (PKA) IPB (1999-2002), Sekretaris 2 Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan IPB (1998-2002), Sekretaris Eksekutif Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB (1997-2000), dan Sekretaris Rektor IPB (1996-1997).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Arif Satria juga menduduki sejumlah jabatan di instansi atau organisasi lain. Sejak tahun 2018 hingga sekarang ia menjabat sebagai Komisaris Utama PTPN Holding. Rektor muda ini juga pernah menjabat sebagai Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan (2012-2019), Anggota Dewan Pengawas Perum Perikanan Indonesia (2013-2017), Anggota Dewan Kelautan Indonesia (2013-2017), Anggota Komisi Tuna Indonesia (2012-2014), Wakil Ketua umum Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (2009-2011), Anggota Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan (2008-2011), Tim Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan (2001-2002), Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) (2010-2015), Ketua Dewan Pakar PISPI (2015-2020), Ketua PPI Kagoshima Jepang (2004), Ketua Dewan Redaksi Majalah Inovasi PPI Jepang (2004-2005), Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Bogor, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwilsus Bogor, Tim Panelis Debat Capres-Cawapres KPU (2014 & 2019), Chairman University Network for Indonesian Export Development (UNIED) (2018-2019), dan Ketua Forum Rektor Indonesia (2020).

Selain itu, ia pernah aktif dalam beberapa Organisasi Profesi Internasional, di antaranya American Fisheries Society, International Institute for Fisheries Economics and Trade (IIFET), International Assocation for Study of The Commons, Japan Regional Fisheries Society, dan Japan International Fisheries Research Society.

Arif Satria aktif sebagai narasumber pada berbagai forum internasional di berbagai negara di Amerika, Eropa, Asia, Afrika dan Australia. Ia memiliki peran penting dalam sejumlah forum internasional bergengsi, beberapa di antaranya sebagai Delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi Rio +20 yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Rio de Jeneiro Brasil (2012), sebagai Speaker dalam high official forum yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma (2019).

Dalam bidang penelitian, Arif Satria aktif dalam konsorsium internasional yaitu Community Conservation Research Network Project (2012-2018) yang berpusat di Kanada. Ia juga menerima dana hibah penelitian Kemenristekdikti pada empat judul penelitian dalam total waktu 6 tahun (2011, 2012, 2016-2019).

Selain itu sejumlah kerja sama penelitian dengan instansi pemerintahan dan Civil Society Organization (CSO) internasional juga dilakukan. Penelitian-penelitian ini lah yang kemudian menghantarkan Arif Satria dalam menempuh gelar profesornya. Sehingga selama karirnya ratusan artikel populer dan artikel ilmiah telah diterbitkan baik nasional maupun internasional.

Artikel-artikel ini lah yang kemudian disadur sehingga Arif Satria memiliki nilai H-Index Scopus 7 dan H Index Google Scholar 16. Selain itu, ia juga aktif sebagai reviewer jurnal internasional yang diterbitkan di Springer dan Elsevier.

Karya lain yang dihasilkan dari ide dan pemikiran Arif Satria juga dipublikasikan dalam berbagai buku yang ditulis sendiri (penulis tunggal), penulis pertama, editor maupun kontributor dalam book chapter, di antaranya (1) Dinamika Modernisasi Perikanan Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan (penulis tunggal), (2) Globalisasi Perikanan: Reposisi Indonesia? (penulis pertama) (3) Pesisir dan Laut untuk Rakyat (penulis tunggal), (4) Menuju Desentralisasi Kelautan, (5) Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir (penulis tunggal), (6) Menuju Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (penulis pertama), (7) Ekologi Politik Nelayan (penulis tunggal), (8) Menuju Konservasi Laut yang Pro Rakyat dan Pro Lingkungan (co-author) (8) Managing Coastal and Inland Waters yang diterbitkan oleh penerbit terkemuka Springer (Editor dan kontributor penulis book chapter), (9) Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir (penulis tunggal), (10) Politik Kelautan dan Perikanan (penulis tunggal), (11) Laut dan Masyarakat Adat (editor dan kontributor book chapter), (12) Governing The Coastal Commons yang diterbitkan oleh Routledge Publisher (kontributor book chapter), dan akan segera terbit yaitu buku berjudul Politik Sumberdaya Alam (penulis tunggal).

Rektor yang hobi bermain bulutangkis dan menciptakan lagu ini juga aktif menyuarakan ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa melalui media massa, baik cetak, televisi maupun daring. Sumbangan ide dan pemikirannya juga telah menjadi acuan dalam sejumlah perumusan kebijakan nasional.

Selama mengabdi di IPB, Arif Satria menerima penghargaan Satyalencana 10 tahun dari Presiden Republik Indonesia (2013). Beberapa penghargaan lainnya yang ia peroleh di antaranya Second Winner of The Academic Leader Award - Dosen dengan Tugas Tambahan sebagai Rektor PTNBH (2019), Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan – KKP (2013), Kagoshima University Network Ambassador (2011), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Ilmu Pengerahuan (2009), The First Winner of Yamamoto Award (2008), dan Juara 3 Dosen Berprestasi IPB (2007).

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

4 jam lalu

Aktivitas pelayanan nasabah Taspen di Jakarta, Kamis 31 Agustus 2023. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) Persero membukukan nilai investasi lebih tinggi sekitar 20% dari hasil investasi rata-rata industri sejenis dalam beberapa tahun terakhir. Tempo/Tony Hartawan
Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.


Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

5 jam lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.


Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

7 jam lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

Koordinator KIKA, Satria Unggul, mengatakan bahwa keputusan yang jadi pilihan Kumba Digdowiseiso harus dihormati.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

1 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

1 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

Kata Guru Besar Unpad soal kasus Kumba.


Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

1 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

1 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

1 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

Nadiem diharapkan bisa mengambil tindakan tegas.


BINUS University Kukuhkan Prof. Ngatindriatun Sebagai Guru Besar, Gagas Smart Farming 5.0

1 hari lalu

BINUS University Kukuhkan Prof. Ngatindriatun Sebagai Guru Besar, Gagas Smart Farming 5.0

Kegiatan tridharma perguruan tinggi dalam ketahanan pangan khususnya pengembangan Smart Farming 5.0 harus menyatukan keilmuan multidisipliner klaster ekonomi, pertanian dan teknik.


Kumba Digdowiseiso Publikasi 160 Jurnal di 2024, KIKA Duga Ada Praktik yang Salah

2 hari lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kumba Digdowiseiso Publikasi 160 Jurnal di 2024, KIKA Duga Ada Praktik yang Salah

KIKA meragukan gelar guru besar yang disematkan kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional (Unas) Kumba Digdowiseiso