TEMPO.CO, Jakarta - Sistem pemantauan dampak asteroid milik NASA telah mendeteksi batuan ruang angkasa yang memiliki kemungkinan mengenai Bumi dalam waktu dekat. Menurut data yang dikumpulkan oleh badan antariksa Amerika itu, sistem otomatis mengidentifikasi tiga kemungkinan dampak asteroid dalam rentang lima tahun.
Sistem pemantauan NASA dikenal sebagai Sentry, yang bekerja dengan memindai katalog asteroid untuk mencari batuan ruang angkasa dengan probabilitas tabrakan yang tidak nol. Salah satu asteroid yang diidentifikasi oleh Sentry disebut 2018 VP1.
"Sentry telah mendeteksi total tiga dampak potensial untuk asteroid ini. Berdasarkan perhitungan Sentry, dampak ini dapat terjadi antara tahun 2020 dan 2025," ujar pihak NASA, seperti dikutip Ibtimes, Rabu, 23 Oktober 2019.
Dalam database NASA, posisi paling dekat 2018 VP1 dengan Bumi akan terjadi pada 2 November 2020. Jarak asteroid sekitar 0,00280 unit astronomi atau sekitar 418 ribu km lebih dari Bumi. Ini hampir sama dengan jarak antara Bumi dan Bulan.
Meskipun tampaknya asteroid akan terbang melewati Bumi dari jarak yang relatif aman, ada beberapa faktor di ruang angkasa yang bisa mengubah lintasannya. Salah satunya adalah lubang kunci gravitasi. Ini merujuk pada wilayah di ruang angkasa yang dipengaruhi oleh tarikan gravitasi benda kosmik besar seperti planet.
Karena 2018 VP1 dikenal dekat dengan Bumi dan Bulan, asteroid cenderung dipengaruhi oleh gaya gravitasi benda-benda kosmik ini. Faktor lain yang dapat menyebabkan tabrakan antara Bumi dan 2018 VP1 adalah orbit alami yang terakhir.
Menurut NASA, 2018 VP1 adalah asteroid Apollo. Ini berarti ia memiliki orbit yang sangat luas di sekitar Bumi dan Matahari. Kadang-kadang, orbitnya bersinggungan dengan Bumi saat mengelilingi bintang raksasa.
IBTIMES | NASA