TEMPO.CO, Jakarta - Administrator lembaga antarikasa Amerika Serikat atau NASA Jim Bridenstine percaya bahwa Pluto harus menjadi planet lagi. "Saya di sini untuk memberi tahu Anda, sebagai Administrator NASA, saya percaya Pluto harus menjadi sebuah planet," katanya disambut tepuk tangan ketika berpidato di Kongres Astronautika Internasional di Washington DC, akhir pekan lalu, dikutip Foxnews.
Bridenstine kemudian memberikan pertanyaan tentang Pluto, dengan mengutip lautan yang terkubur, bulan-bulannya, dan suasananya yang berlapis-lapis. “Saya suka ada sembilan planet, bagaimana dengan itu?” katanya.
Pluto kehilangan status planetnya pada 2006 ketika secara kontroversial diturunkan menjadi planet kerdil oleh International Astronomical Union.
Ini bukan pertama kalinya Bridenstine menyuarakan keinginannya untuk melihat Pluto menjadi sebuah planet lagi. "Anda dapat menulis bahwa administrator NASA menyatakan Pluto sebuah planet. Saya bertahan dengan itu, itulah cara saya mempelajarinya dan saya berkomitmen untuk itu," ujar Bridenstin.
Mantan anggota Kongres Oklahoma itu tidak sendirian dalam pandangannya tentang Pluto. Sejumlah ilmuwan juga percaya bahwa Pluto harus dinaikkan ke status semula. Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Icarus tahun lalu, sekelompok peneliti berpendapat bahwa alasan Pluto kehilangan status planetnya tidak valid.
International Astronomical Union atau IAU mendefinisikan sebuah planet sebagai benda langit yang telah membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya. Artinya planet harus memiliki kekuatan gravitasi terbesar di orbitnya.
Definisi planet harus didasarkan pada sifat intrinsiknya, kata Philip Metzger, ilmuwan planet di University of Central Florida dan penulis utama penelitian yang diterbitkan di Icarus. Metzger merekomendasikan klasifikasi planet berdasarkan pada apakah itu cukup besar sehingga gravitasinya memungkinkan untuk menjadi berbentuk bola.
Gravitasi Neptunus mempengaruhi tetangganya, Pluto. Planet kerdil itu juga berbagi orbitnya dengan gas dan benda beku di sabuk Kuiper, demikian dalam catatan para peneliti.
FOXNEWS | ICARUS