Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Morgan Stanley: Hentikan Pemanasan Global Butuh US$ 50 Triliun

image-gnews
Pemandangan gletser Stein di Swiss pada 2015. Dalam satu dekade terakhir peneliti dan fotografer mengawasi perubahan yang terjadi pada gletser di seluruh dunia, dimana mengalami penurunan akibat pemanasan global. (Matthew Kennedy/Earth Vision Institute via AP)
Pemandangan gletser Stein di Swiss pada 2015. Dalam satu dekade terakhir peneliti dan fotografer mengawasi perubahan yang terjadi pada gletser di seluruh dunia, dimana mengalami penurunan akibat pemanasan global. (Matthew Kennedy/Earth Vision Institute via AP)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan analis Morgan Stanley menemukan bahwa untuk menghentikan pemanasan global pada 2050, membutuhkan dana US$ 50 triliun (setara Rp 710.000 triliun). Tujuannya untuk mengurangi emisi karbon netto menjadi nol melalui lima bidang utama teknologi non-karbon.

Dikutip Forbes akhir pekan lalu, energi terbarukan akan membutuhkan investasi US$ 14 triliun dan menghasilkan sekitar 80 persen dari energi global pada 2050 — naik dari 37 persen saat ini. Ketika energi Matahari menjadi lebih terjangkau, itu akan menjadi teknologi terbarukan yang tumbuh paling cepat.

Kendaraan listrik akan menjadi lebih penting dari sebelumnya dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari mobil. Dana sebesar U$ 11 triliun akan dibutuhkan untuk membangun banyak pabrik dan mengembangkan baterai, serta infrastruktur untuk peralihan luas kendaraan listrik - jumlah totalnya dapat tumbuh menjadi hampir 950 juta pada 2050.

Penangkapan dan penyimpanan karbon, yang dikatakan Morgan Stanley adalah satu-satunya pilihan yang layak mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara, adalah bidang utama lainnya dan akan membutuhkan hampir US$ 2,5 triliun investasi.

Sedangkan Hidrogen dapat membantu menyediakan bahan bakar bersih untuk listrik, mobil, dan industri lainnya. Butuh hampir Us$ 20 triliun investasi kumulatif untuk membuat gas, meningkatkan kapasitas untuk pembangkit listrik dan mengelola penyimpanannya.

Biofuel, seperti etanol, akan menjadi kunci transportasi global di masa depan dan akhirnya menyebar ke pesawat terbang dan bentuk-bentuk perjalanan lainnya. Ini membutuhkan US$ 2,7 triliun pada 2050.

Penelitian itu, pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg, menemukan bahwa untuk mengurangi emisi karbon netto menjadi nol dan memenuhi tujuan Perjanjian Paris, dunia harus menghilangkan 53,5 miliar metrik ton karbon dioksida setiap tahun, menurut analis Morgan Stanley.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Emisi karbon bahan bakar fosil mencapai rekor tertinggi tahun lalu, menjadi sorotan perlunya bertindak cepat terhadap perubahan iklim. Di luar konsekuensi sosial dan lingkungan karena gagal bertindak atas perubahan iklim, melampaui kenaikan suhu 2 derajat Celcius, bisa mengakibatkan hilangnya US$ 10 triliun hingga US$ 20 triliun PDB global pada 2100.

Angka besar Morgan Stanley merekomendasikan di setiap bidang teknologi nol-karbon dapat mengambil untung dari peningkatan belanja perubahan iklim. Untuk energi terbarukan, perusahaan seperti SunPower, General Electric dan Huaneng Renewables adalah beberapa pilihan terbaik bank.

Untuk kendaraan listrik, Tesla menjadi satu-satunya permainan murni. Meskipun mereka harus diikuti oleh VW dan Toyota dalam jangka panjang, sementara perusahaan lain seperti Panasonic dan Albemarle adalah salah satu pemain terkemuka dalam teknologi dan pasokan lithium.

Dalam teknologi penangkapan karbon dan penyimpanan, Morgan Stanley menyoroti Bloom Energy, Exxon, Chevron dan BP. Untuk hidrogen, perusahaan yang harus diperhatikan termasuk Air Liquide, Siemens dan Alstom. Di bidang biofuel, perusahaan seperti Neste, Sao Martinho, Shell dan Valero Energy semuanya memiliki posisi yang baik.

FORBES | BLOOMBERG

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

1 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

6 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

24 hari lalu

Warga beraktivitas di pinggir Waduk Cacaban, Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 11 September 2018. Akibat musim kemarau tahun ini, volume air di salah satu waduk penyuplai di wilayah Pantura itu menyusut hingga lebih dari puluhan meter sehingga mengancam kekeringan, terutama persawahan di sejumlah wilayah itu. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

30 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.


13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

30 hari lalu

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort
13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.


Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

31 hari lalu

Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis 15 Februari 2024. Pembangunan PLTS tersebut untuk fase pertama sebesar 10 megawatt (MW) dari total kapasitas 50 MW yang akan menyuplai energi terbarukan untuk IKN dan akan beroperasi pada 29 Pebruari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.


Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

40 hari lalu

Kebakaran hutan membakar area di Santa Juana, dekat Concepcion, Cile, 4 Februari 2023. REUTERS/Ailen Diaz
Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?


Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

12 Februari 2024

Seorang warga berjalan di dekat instalasi
Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.


Cuaca Ekstrem Bukan Fenomena Alam Biasa, Peneliti BRIN Usul Dibentuk Komite Khusus

2 Februari 2024

Sejumlah petugas memotong pohon yang tumbang menimpa salah satu rumah karena diterjang gelombang kencang akibat badai Siklon tropis Seroja di Kota Kupang, NTT, Kamis, 8 April 2021. ANTARA/Kornelis Kaha
Cuaca Ekstrem Bukan Fenomena Alam Biasa, Peneliti BRIN Usul Dibentuk Komite Khusus

Cuaca ekstrem harus dilihat dalam perspektif perubahan iklim global.


Mahfud MD Soroti Deforestasi, 5 Dampak Buruk Penggundulan Hutan yang Sudah Terjadi

23 Januari 2024

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Mahfud MD Soroti Deforestasi, 5 Dampak Buruk Penggundulan Hutan yang Sudah Terjadi

Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD menyebut deforestasi di Indonesia lebih luas dari Negara Korea Selatan. Apa saja dampak buruk yang sudah terjadi?