Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Situs Petirtaan Jombang dan Kisah Air Suci di Mahabharata

image-gnews
Arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho menunjukkan benda terbuat dari tanah liat diduga berbentuk shankha atau hewan kerang simbol terompet Dewa Wisnu dalam kisah Samudra Manthana di kitab Mahabharata. Benda ini salah satu artefak yang ditemukan di Situs Petirtaan Sumberbeji, Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin
Arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho menunjukkan benda terbuat dari tanah liat diduga berbentuk shankha atau hewan kerang simbol terompet Dewa Wisnu dalam kisah Samudra Manthana di kitab Mahabharata. Benda ini salah satu artefak yang ditemukan di Situs Petirtaan Sumberbeji, Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin
Iklan

TEMPO.CO, Jombang - Situs petirtaan yang ditemukan di dasar sendang atau kolam air Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur, diyakini terkait kisah pencarian air suci untuk hidup kekal abadi dalam kepercayaan Hindu.

Kisah tersebut dikenal sebagai Samudra Manthana yang berarti pengadukan lautan susu dan ada dalam salah satu bagian cerita di kitab Mahabharata.

“Berdasarkan temuan struktur bangunan dan benda-benda yang terkait dengan situs, saya yakin ini terkait cerita pencarian air suci melalui proses Samudra Manthana,” kata arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho yang memimpin penggalian (ekskavasi) Situs Petirtaan Sumberbeji, Selasa, 29 Oktober 2019.

Menurutnya, kisah Samudra Manthana tersebut melibatkan Dewa Wisnu dan Garuda atau Garudeya sebagai dua tokoh sentral yang diceritakan. Singkatnya, dewa dan raksasa berupaya mencari air suci agar hidup kekal abadi melalui proses pengadukan lautan susu. Pengadukan lautan susu itu menggunakan gunung Mandhara sebagai poros dan ular naga yang dililitkan pada Mandhara sebagai alat atau tali untuk memutar poros.

“Agar gunung Mandhara tak tenggelam, Wisnu berubah wujud jadi kura-kura raksasa,” kata Wicaksono berdasarkan cerita dalam Mahabharata. Wujud kura-kura raksasa itu diduga kuat ada dalam struktur tatanan batu bata pada pancuran utama berbentuk kotak di situs petirtaan Sumberbeji. “Jika melihat bentuk tatanan batu batanya, lekukannya itu mirip seperti lekukan bentuk badan kura-kura,” ujarnya.

Selain bentuk tatanan batu bata yang diyakini berbentuk badan kura-kura, tim BPCB Jawa Timur bersama warga Sumberbeji juga menemukan arca pancuran berbentuk Garuda. Arca berupa burung setengah manusia yang terbuat dari batu andesit itu ditemukan masih menempel kuat di salah satu dinding pembatas petirtaan yang terbuat dari batu bata.

“Tangan kiri arca garuda membawa kendi kecil dengan lubang yang memancurkan air namun saat ditemukan pancuran airnya tidak berfungsi,” kata Wicaksono. Kendi tersebut, menurutnya, ibarat Garuda yang membawa air suci dalam kendi sebagaimana dikisahkan dalam Samudra Manthana.

Garuda mencari air suci yang akan dipersembahkan pada para Naga untuk membebaskan ibunya, Winata, dari perbudakan yang dilakukan Kadru dan para Naga yang jadi anak-anak Kadru. “Kisah Garuda dalam Samudra Manthana menceritakan tentang pengorbanan dan pengabdian seorang anak pada ibunya,” kata Wicaksono.

Dalam kisah Samudra Manthana juga dikisahan saat Dewa Wisnu memuji Garuda yang mendapat air suci. Garuda meminta pada Wisnu agar bisa kekal abadi tanpa air suci dan Wisnu mengabulkannya dan Garuda bersedia jadi kendaraan tunggangan Wisnu dan jadi panji perangnya.

Benda temuan lainnya yang terkait kisah Samudra Manthana adalah reruntuhan menara, arca jaladwara bermotif ukiran kepala naga, dan benda diduga shankha atau hewan kerang sebagai terompet Dewa Wisnu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Reruntuhan menara itu diduga sebagai simbol gunung Mandhara. Sedangkan arca jaladwara bermotif ukiran kepala naga terkait sosok Naga dalam kisah Samudra Manthana. Dalam kisah Samudra Manthana juga muncul beberapa benda berharga, hewan ajaib atau aneh, dewi, dan bidadari. “Termasuk shankha atau kerang yang digunakan sebagai terompet Dewa Wisnu,” kata Wicaksono.

Situs Petirtaan Sumberbeji ditemukan di lahan tanah kas desa seluas kurang lebih 5 ribu meter persegi. Di lahan tersebut terdapat sendang atau kolam air yang selama ini digunakan untuk sumber irigasi pertanian. Setelah dilakukan penggalian, luas areal petirtaan yang sementara tampak dan tergali mencapai sekitar 400 meter persegi. 

Areal petirtaan terdiri dari parit saluran air sebagai hulu atau tempat air masuk sepanjang 14,1 meter dan kedalaman 0,69 meter; dinding pembatas petirtaan berbentuk kotak ukuran 19,7 x 17,1 meter; pancuran utama berbentuk kotak ukuran 6 x 6 meter; dan parit saluran air sebagai hilir berbentuk melengkung mengarah timur laut dengan panjang sementara 11,95 meter. Pada pancuran utama yang ada di tengah dan berbentuk bujur sangkar tersebut terdapat beberapa lubang atau lorong kecil vertikal, horisontal, dan diagonal sebagai saluran pembagi air. 

Selama survei penyelamatan dan penggalian Juli hingga Oktober 2019 sudah ditemukan 12 jaladwara atau arca pancuran atau saluran air yang terlepas atau copot dari tempatnya menempel. Jaladwara tersebut memiliki motif ukiran bermacam-macam seperti bunga teratai, makara, dewa atau tokoh, binatang, dan lain-lain. Makara adalah makhluk mitologi Hindu berwujud binatang dengan bagian depan seperti gajah, buaya, atau rusa, dan memiliki ekor seperti ekor ikan atau ekor naga.

Tim BPCB Jawa Timur bersama warga juga menemukan beberapa koin uang khas Tiongkok, pecahan benda berbahan keramik porselen khas Tiongkok dan Vietnam, clupak atau wadah minyak terbuat dari batu untuk alat penerangan, dan batu pipih kecil berbentuk belah ketupat yang belum diketahui fungsinya.

Situs petirtaan ini diduga dibangun pada masa raja Airlangga pendiri kerajaan Jenggolo dan Kadiri abad 11 masehi sebelum masa kerajaan Singhasari dan Majapahit yang berkuasa di abad 12 hingga 15 masehi. 

“Kami yakin situs ini peninggalan zaman Airlangga sebelum Majapahit,” kata tokoh masyarakat setempat yang juga inkumben calon Kepala Desa Kesamben Wandoko Sungkowo Yudha. Pria yang akrab disapa Yudha ini mendukung penggalian dan penelitian yang dilakukan BPCB Jawa Timur. “Ini sebagai upaya untuk sama-sama menjaga peninggalan para leluhur kami,” katanya.

ISHOMUDDIN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kebakaran Istana Pagaruyung 17 Tahun Lalu, Ini Keistimewaan Istana di Kota Batusangkar Sumbar

51 hari lalu

Istana Pagaruyung. wikimedia
Kebakaran Istana Pagaruyung 17 Tahun Lalu, Ini Keistimewaan Istana di Kota Batusangkar Sumbar

Istana Pagaruyung pernah alami kebakaran pada 17 tahun lalu. Berikut sejarah dan keistimewaan istana di Kota Batusangkar, Sumbar.


Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

23 Januari 2024

Seorang warga duduk di pelataran rumah bergaya arsitektur Majapahit di Desa Bejijong, Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, 10 Maret 2016. Kampung Majapahit merupakan proyek Pemprov Jatim dengan Pemerintah Kabupaten Mojokerto. ANTARA/Ismar Patrizki
Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

Berikut daya tarik Kampung Majapahit, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Apa saja?


Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

15 Januari 2024

Ekskavasi Situs Kumitir di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto yang berlangsung pada 4 Agustus - 9 September 2020. Kredit: Tempo/Kukuh S. Wibowo
Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

Penelitian geo akeologi menemukan lapisan usia tanah era Medang, Singasari dan Majapahit di Situs Kumitir.


5 Cagar Budaya di Gunung Penanggungan, Dianggap Suci sejak Dulu

6 November 2023

Jalur pendakian kuno berbentuk melingkar di atas Gunung Penanggungan, Jawa Timur yang ditemukan Tim Ekspedisi Ubaya, 4 November 2015. Foto: Dok Tim Ekspedisi Ubaya
5 Cagar Budaya di Gunung Penanggungan, Dianggap Suci sejak Dulu

Gunung Penanggungan dianggap suci sejak dulu, banyak cagar budaya yang berasal dari abad ke-10


Kebakaran di Gunung Penanggungan, Gunung Suci di Mojokerto dalam Prasasti Cunggrang dan Kisah Bujangga Manik

3 November 2023

Gunung Penanggungan. TEMPO/Abdi Purmono
Kebakaran di Gunung Penanggungan, Gunung Suci di Mojokerto dalam Prasasti Cunggrang dan Kisah Bujangga Manik

Gunung Penanggungan kebakaran pada Kamis, 2 November 2023. Bagaimanakah profil dan sejarah gunung suci yang disebut dalam prasasti dan kisah kuno?


Disbud DIY Temukan Wadah Air Diduga dari Era Majapahit di Situs Cagar Budaya Keputren

6 September 2023

Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Tim Ekskavasi Situs Keputren Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto-Pleret menemukan artefak fragmen gerabah di duga wadah air terbuka dengan motif hias dan ciri khas era Kerajaan Majapahit. (Dok.Dinas Kebudayaan DIY)
Disbud DIY Temukan Wadah Air Diduga dari Era Majapahit di Situs Cagar Budaya Keputren

Fragmen gerabah wadah air tanpa tutup berukir diduga peninggalan Majapahit pada abad ke-13


Bendera Merah Putih dari Masa ke Masa, Berikut Filosofinya

8 Agustus 2023

Sejumlah siswa mengibarkan bendera Merah Putih saat upacara Hari Guru di SDN Pondok Cina 1, Depok, Jawa Barat, Jumat, 25 November 2022. Siswa SDN Pondok Cina 1 tetap memperingati hari guru meski para guru tidak hadir ke sekolah akibat polemik relokasi sekolah menjadi masjid raya. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Bendera Merah Putih dari Masa ke Masa, Berikut Filosofinya

Bendera Merah Putih memiliki sejarah yang panjang. Kini, bendera yang asli disimpan di Monas. Apa filosofi dwi warna ini?


6 Fakta Bendera Merah Putih, Apa Hubungannya dengan Majapahit?

8 Agustus 2023

Pengunjung mengibarkan bendera Merah Putih di Taman Wisata Alam (TWA) Ijen Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu, 4 Juni 2023. TWA Ijen yang telah ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) itu ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara saat liburan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
6 Fakta Bendera Merah Putih, Apa Hubungannya dengan Majapahit?

Bendera merah putih ternyata memiliki hubungan dengan pataka Majapahit dan bendera Kerajaan Bone. Simak penjelasannya lainnya.


5 Pasukan Pejuang Pra Kemerdekaan yang Sudah Lebih Dulu Menggunakan Bendera Merah Putih

8 Agustus 2023

Sejumlah massa Tenaga Kesehatan membentangkan bendera Merah Putih saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Senin, 5 Juni 2023. Aksi yang diikuti oleh 5 organisasi profesi medis yakni, PB IDI, PPNI, IBI, PDGI, dan IAI tersebut menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan. TEMPO/M Taufan Rengganis
5 Pasukan Pejuang Pra Kemerdekaan yang Sudah Lebih Dulu Menggunakan Bendera Merah Putih

Bendera merah putih adalah lambang. Jauh sebelum kemerdekaan, warna merah putih sudah digunakan oleh sejumlah pasukan sebagai simbol perjuangan.


Sejarah Hubungan Madura dan Majapahit, Petilasan di Sampang

6 Agustus 2023

Situs Makam Rato Ebhu di Madura. Dok. Kemendikbud
Sejarah Hubungan Madura dan Majapahit, Petilasan di Sampang

Sejarah kejayaan Majaphit tak bisa lepas dari keberradaan Pulau Madura dan tokohnya pada masa itu. Termasuk petilasan situs Makam Rato Ebhu.