TEMPO.CO, Jakarta - WhatsApp menggugat perusahaan pengawas siber Israel NSO Group di pengadilan federal pada Selasa, 29 Oktober 2019. Perusahaan besutan Facebook itu mengklaim NSO Group menggunakan teknologi mata-mata pada layanan pesan dalam kampanye yang menargetkan para jurnalis dan aktivis hak asasi manusia.
Dalam gugatan WhatsApp, dikutip New York Times, Rabu, 30 Oktober 2019, tertulis bahwa program NSO Group itu dimaksudkan digunakan untuk memata-matai lebih dari 1.400 pengguna WhatsApp di 20 negara.
Meskipun gugatan tidak mengatakan siapa yang menggunakan teknologi NSO Group untuk menargetkan pengguna WhatsApp, tapi kode area untuk sejumlah ponsel yang diserang menunjukkan fokus pada orang-orang di Meksiko, Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Pengajuan gugatan diyakini sebagai yang pertama oleh perusahaan teknologi terhadap perusahaan pengawasan digital nirlaba. "Ini bisa menjadi awal dari adopsi yang cepat dan sebagian besar tidak diatur dari teknologi pengawasan ini," ujar John Scott-Railton, peneliti senior di Citizen Lab.
WhatsApp bekerja erat dengan Citizen Lab, sebuah kelompok riset yang berafiliasi dengan University of Toronto yang membantu korban pengawasan digital, dalam penyelidikan serangan, yang berlangsung dari April hingga Mei itu.
Menurut WhatsApp, korban termasuk 100 jurnalis, pemimpin wanita terkemuka, beberapa orang yang menjadi sasaran dengan upaya pembunuhan yang tidak berhasil, pembangkang politik dan aktivis hak asasi manusia beserta keluarganya
Gugatan diajukan di Pengadilan Distrik Amerika Serikat di Distrik Utara California. NSO Group, dalam pernyataannya, membantah klaim dalam gugatan WhatsApp dalam syarat yang paling kuat dan akan dengan keras melawan mereka.
"Teknologi kami digunakan oleh badan intelijen dan penegak hukum dalam upaya antiterorisme yang sah dan memerangi kejahatan, serta membantu menyelamatkan ribuan nyawa selama beberapa tahun terakhir," demikian tertulis dalam keterangan NSO Group.
Penyelidikan dimulai setelah Citizen Lab menuduh bahwa teknologi NSO Group digunakan untuk mengeksploitasi lubang keamanan WhatsApp untuk meretas telepon pengacara London. Lubang itu ditambal pada bulan Mei.
Para peneliti mengatakan mereka menemukan bahwa teknologi NSO meninggalkan remah digital yang membantu mengungkap kampanye mata-mata. Kelemahannya, siapa pun yang menggunakan alat peretasan NSO Group harus melakukan panggilan WhatsApp ke target mereka.
Setelah WhatsApp menambal lubang keamanan, karyawan NSO menyesalkan bahwa perusahaan menutup saluran spionase utama. Seorang karyawan NSO bahkan mengatakan kepada karyawan WhatsApp dalam sebuah pesan: "Anda baru saja menutup remote terbesar kami untuk seluler," menurut keluhan WhatsApp.
Citizen Lab dan WhatsApp tidak akan menyebut nama individu yang ditargetkan, mengutip kebijakan privasi. WhatsApp mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka memberi tahu pelanggan yang terkena dampak dengan pesan-pesan WhatsApp khusus.
WhatsApp mencari perintah permanen untuk memblokir NSO dari layanannya, dan meminta anggota parlemen untuk melarang penggunaan cyberweapons seperti yang dijual oleh NSO Group kepada pemerintah.
NEW YORK TIMES | CITIZEN LAB