TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) bekerja sama menggelar tantangan inovasi bisnis atau business innovation challenge (BIC) perikanan. Gelaran tersebut bertujuan untuk mencegah dan menurunkan prevalensi anemia dan stunting.
“Topik kita kali ini adalah menemukan inovasi produk perikanan dengan nilai tambah yang siap masak dan siap santap (ready to cook and ready to eat). Serta tanpa mengurangi kandungan protein dan zat gizi lainnya yang penting bagi tubuh,” ujar Senior Project Manager GAIN, Rahmi Yetri Kasri di Jakarta, Jumat, 1 November 2019.
Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, 261 juta jiwa, tapi Indonesia masih menghadapi beban ganda gizi. Menurut data Riskesdas 2018, terdapat 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia, 30,8 persen balita mengalami stunting, dan 8 persen balita mengalami obesitas.
BIC merupakan kompetisi yang memiliki tujuan untuk menemukan dan memperkuat inovasi teknologi lokal untuk mengatasi susut pasca panen. Pemenangnya akan mendapatkan dukungan teknis dan pendanaan awal (seed funding), serta dukungan akses kepada fasilitas keuangan dan pasar.
“Ini gelaran yang kedua kali dilaksanakan, tahun lalu fokusnya pada inovasi dalam rantai dingin untuk menjaga mutu dan gizi ikan. Dan tahun ini mengusung tema Food Innovation Challenge,” kata Rahmi.
Untuk mencegah dan menurunkan prevalensi anemia dan stunting, pemerintah melakukan berbagai upaya, seperti melakukan program perbaikan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dan remaja, serta program peningkatan akses pangan yang bergizi.
Menurut Inti Mujiati, perwakilan dari Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes, BIC menjadi salah satu cara untuk meningkatkan akses pada pangan yang bergizi. Kemenkes sudah melakukan kerja sama dengan GAIN sejak 2017 dan akan berakhir pada 2020.
“Kami apresiasi kepada GAIN dan semua pihak yang berkontribusi untuk menggelar cara ini. Ke depan kami akan melakukan berbagai strategi, dalam rangka penanggulangan berbagai macam upaya mencegah anemia dan stunting. Salah satunya menggalang berbagai pihak, salah satunya dengan GAIN,” kata Inti.
BIC juga didukung oleh Kerajaan Belanda yang akan mencari 10 startup, lembaga, asosiasi atau pun UMKM yang memiliki solusi inovatif produk makanan siap masak atau siap santap berbasis ikan dan sumber perikanan lainnya seperti kerang, udang, cumi ataupun rumput lain. Kompetisi ini, kata Inti, diharapkan menjaring sekitar 300-an kelompok.
“Kemenkes dan GAIN menyusun rencana induk dalam tiga tahun yang mencakup perbaikan gizi, ini menjadi fokus pertemuan kita program peningkatan akses pangan bergizi. Salah satunya melalui BIC. Pemenang akan mendapatkan hadiah sebesar Rp 1,2 miliar dan pendampingan pengembangan produk,” tutur Inti.
Rahma memperjelas hadiah yang akan dibagikan kepada pemenang. “Kami pertama akan menyediakan Rp 100 juta untuk 10 finalis artinya masing-masing Rp 10 juta. Kemudian kita akan menambahkan untuk 5 terbaik Rp 15 juta dan total hadiah Rp 1 miliar untuk 5 pemenang. Uang tersebut bisa digunakan untuk mengembangkan produk, dan kita akan mencoba membantu mendistribusikannya,” tambah Rahma.
Pendaftaran kompetisi ini berakhir pada 26 November. Penyelenggara juga telah melakukan road show sosialisasi BIC ke beberapa kota seperti Bandung, Yagyakarta, Jakarta dan Surabaya. Kemudian pengumuman 20 finalis terbaik pada 29 November, batas waktu penerimaan spesimen 20 finalis pada 5 Desember, pengumuman finalis pitching day 10 Desember, dan 13 December 2019 pitching day, serta Januari-Maret 2020 lean launchpad programme.