TEMPO.CO, Bandung - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang program Kampus Tangguh Bencana.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan rancangan itu meliputi sistem, organisasi, dan manajemen yang siap menghadapi ancaman bencana sesuai potensi yang ada. “SOP (standard operating procedure) akan dibahas bersama,” katanya di Gedung Rektorat ITB, Bandung, Jumat, 1 November 2019.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan model Kampus Tangguh Bencana ditargetkan rampung tahun depan atau 2020. “Kalau beres bisa diduplikasi kampus atau sekolah lain,” katanya.
Perancangannya akan melibatkan lintas disiplin ilmu di ITB yang punya 110 kelompok keahlian. ITB nantinya akan membuat lembaga khusus untuk menangani ketangguhan bencana. Kampus ITB tersebar di Bandung, Jatinangor-Sumedang, dan Cirebon.
Selain itu BNPB mengajak ITB melakukan riset dan kerja sama dengan sejumlah lembaga dari luar negeri. “Jika terjadi bencana maka tim dari ITB bersama tim reaksi cepat dari BNPB berada di lapangan untuk melakukan kajian penelitian,” kata Doni. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran utuh soal bencana yang terjadi.
Doni mencontohkan peristiwa gempa di Maluku. “Sejak 26 September lalu sampai hari ini gempa susulannya hampir mencapai 2.000 kali,” katanya.
Ratusan gempa itu di antaranya dirasakan warga. BNPB menunjang risetnya dengan memasang seismograf di 11 titik seperti di Pulau Ambon, Haruku, dan Saparua. “Sehingga dapat gambaran yang utuh dari gempa yang sangat agresif di Maluku.”
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Wisnu Widjaja mengatakan program Kampus Tangguh Bencana belum pernah dibicarakan dengan menteri terkait. Sebelum dengan ITB, konsep serupa telah dibuat Universitas Gadjah Mada dan sebuah kampus swasta di Bali. “Rencananya akan dibahas dalam pertemuan dengan Mendikbud,” katanya.
ANWAR SISWADI