TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Teknologi Bandung (ITB) Yani Panigoro menceritakan bagaimana proses pemilihan Rektor ITB periode 2020-2025 dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
"Sidang itu pertama semua handphone tidak boleh dibawa, tidak boleh direkam jadi betul-betul ingin sidang tertutup dan isinya tidak perlu diketahui. Tapi hasilnya kita memilih rektor Prof Reini Wirahadikusumah, jadi itu saja pesan Mas Menteri," ujar Yani di Griya Jenggala, Jakarta, Jumat, 8 November 2019.
Sidang digelar pada hari yang sama pukul 14.00-15.30 WIB bertempat di lantai 2 Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan. Setelah itu pukul 16.30 WIB Rektor ITB terpilih diumumkan di Griya Jenggala.
Di sela-sela sidang, Yani menceritakan, Nadiem meminta dipanggil Mas Menteri, sama seperti yang Pendiri GoJek minta kepada Presiden Joko Widodo. "Tadi secara joke, apa dipanggil saja Bro Menteri. Tapi dia (Nadiem) bilang kalau panggilan Bro sudah umum, jadi akhirnya saya panggil Mas Menteri," kata Yani.
Program Rektor ITB Reini Wirahadikusumah. Kredit: Istimewa
Baca Juga:
Yani melanjutkan bahwa sidang tersebut berjalan dengan lancar dan terpilihlah Guru Besar dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Prof Reini. "Dan dua calon lainnya partner yang hebat, apa lagi Pak Kadarsih lima tahun menjadi rektor dan lima tahun wakil rektor. Pak Jaka juga luar biasa," tutur Yani.
Dalam tahap akhir proses penyaringan calon rektor, Senat Akademik memilih tiga nama sebagai calon untuk dipilih sebagai rektor periode 2020-2025, yaitu Jaka Sembiring (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika), Kadarsah Suryadi (rektor lama), dan Reini Wirahadikusumah (Teknik Sipil).
Sementara untuk yang mengikuti sidang di Kemdikbud, kata Yani, hanya MWA saja. "Pertimbangannya para calon itu sudah melalui berbagai proses, mulai dari wawancara panel ahli, debat publik, komunikasi dengan sivitas akademika kampus, mereka sudah ikut proses itu," ujar Yani.
Yani juga menyatakan pesan dari Nadiem bahwa kampus harus merdeka, merdeka dalam belajar, merdeka mahasiswanya, merdeka institusinya, juga merdeka untuk para dosennya. "Beliau bilang, jadi biarkan kita harus percaya kepada institusi untuk menentukan kurikulum, keuangan, tapi beliau akan mendampingi tidak akan dilepas," kata Yani. "Beliau ingin organisasi ini serba cepat, debirokratisasi harus diperhatikan, dan yang penting harus ada trust di semua pihak."