TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog menemukan fosil wanita yang diperkirakan berusia hampir 2.000 tahun mengenakan perhiasan indah dari Kekaisaran Romawi. Fosil ditemukan di Kaukasus Utara dan dianggap memiliki status tinggi dalam komunitasnya, mungkin istri, saudara perempuan atau ibu dari seorang pejuang atau kepala suku terkemuka.
Fosil di sebuah makam di Republik Rusia Kabardino-Balkaria itu, telah mengejutkan para arkeolog, sebagian karena fakta bahwa perhiasan itu berasal dari Romawi.
"Dia memiliki dua cincin di jari-jarinya yang diproduksi dengan menggunakan teknologi yang cukup rumit," kata arkeolog Anna Kadieva, kepala ekspedisi di situs pemakaman Zayukovo-2, dikutip Daily Mail, baru-baru ini. "Masing-masing terbuat dari kaca putih transparan dengan serat emas dari bahan yang sama, dengan mata cincin dari kaca berwarna gelap di tengah."
Kadieva mengatakan fakta bahwa perhiasan itu buatan Romawi adalah tanpa keraguan. Menurutnya perhiasan itu cukup mahal saat itu, dan tak ternilai karena tidak ada produksi kaca di Kaukasus Utara saat itu.
Dua cincin yang ditemukan di jari fosil perempuan berusia 2.000 tahun. (North Caucasus United Arhaeology)
Selain itu arkeolog juga menemukan manik-manik di sepatunya yang terbuat dari kaca, tapi mengandung carnelian, mineral berwarna oranye yang merupakan bagian dari keluarga Quartz. Arkeolog juga menemukan medali amethyst violet cerah.
"Ini adalah permata kelas tinggi yang layak untuk dibalut emas," kata arkeolog dari State Historical Museum of Russia.
Menurut tim peneliti, wanita itu mungkin berasal dari pasukan Alans yang melakukan penyerbuan ke Kaukasus pada abad pertama dan kedua Masehi.
"Kami sampai pada kesimpulan bahwa pasukan kaya dari Kaukasus Utara memberikan perhiasan mahal kepada orang yang mereka cintai," kata Kadieva. "Wanita itu kemungkinan besar adalah kerabat dekat para pejuang, ibu, istri, atau saudara perempuan, karena katakombe adalah pemakaman keluarga."
Wanita itu dikebumikan bersama seorang pejuang dan dua laki-laki lainnya. "Tidak jelas bagaimana mereka mati, tapi mengingat integritas kerangka, waktu antara kematian mereka pendek," tutur arkeolog Kadiefa.
DAILY MAIL | STATE HOSTORICAL MUSEUM RUSIA