Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ilmuwan Teliti Permukaan Air Laut 125 Ribu Tahun Lalu, Hasilnya?

image-gnews
Retakan besar di Gletser Thwaites, Antartika.[NASA Jet Propulsion Laboratory]
Retakan besar di Gletser Thwaites, Antartika.[NASA Jet Propulsion Laboratory]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian terbaru mengungkapkan permukaan air laut naik 10 meter sejak periode hangat terakhir Bumi 125 ribu tahun lalu. Penelitian yang terbit dalam Nature Cummunication mengungkapkan es mencair pertama kali di Antartika, kemudian di Greenland beberapa ribu tahun berselang.

Ilmuwan meneliti perubahan kimia dalam fosil plankton di sedimen laut dari Laut Merah, yang terkait perubahan permukaan laut. Bersama dengan bukti air lelehan di sekitar Antartika dan Greenland, catatan ini mengungkapkan seberapa cepat permukaan laut naik dan membedakan antara kontribusi lapisan es yang berbeda.

Siklus bumi terdiri dari periode glasial dingin, atau zaman es, ketika sebagian besar dunia ditutupi lapisan es. Periode interglasial yang lebih hangat ketika es mencair dan permukaan laut naik, demikian Amp.scroll, baru-baru ini.

Kehilangan es awal di Antartika terjadi ketika Samudra Selatan menghangat pada awal interglasial. Air lelehan ini mengubah cara lautan bersirkulasi, yang menyebabkan pemanasan di wilayah kutub utara dan memicu pencairan es di Greenland.

Dalam penelitian itu diketahui bahwa mencairnya es di Antartika adalah pendorong utama kenaikan permukaan laut dalam periode interglasial terakhir, yang berlangsung sekitar 10.000 tahun. Naiknya permukaan laut menjadi salah satu tantangan besar bagi manusia yang ditimbulkan perubahan iklim.

Bumi saat ini berada dalam periode interglasial yang dimulai sekitar 10.000 tahun lalu. Namun, emisi gas rumah kaca selama 200 tahun terakhir menyebabkan perubahan iklim yang lebih cepat dan ekstrem dari pada yang dialami selama interglasial terakhir.

Peneliti memeriksa data dari interglasial terakhir, pada 125 ribu hingga 118 ribu tahun lalu. Temperatur hingga satu derajat Celcius lebih tinggi dari hari ini - mirip dengan yang diproyeksikan untuk waktu dekat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Permukaan air laut rata-rata global saat ini diperkirakan akan naik lebih dari 3 mm per tahun. Tingkat ini diproyeksikan akan meningkat dan total kenaikan permukaan laut pada 2100 - relatif terhadap tahun 2000 - diproyeksikan mencapai 70 cm sampai 100 cm tergantung pada emisi gas rumah kaca.

Proyeksi semacam itu biasanya mengandalkan catatan yang dikumpulkan abad ini dari alat pengukur pasang surut, dan sejak 1990-an dari data satelit. Sebagian besar proyeksi tidak menjelaskan proses alami utama - ketidakstabilan tebing es - yang tidak diamati dalam catatan instrumental singkat.

Inilah sebabnya mengapa pengamatan geologis sangat penting. Ketika es mencapai lautan, ia menjadi beting es mengambang yang berakhir di tebing es. Ketika tebing-tebing ini menjadi sangat besar, mereka menjadi tidak stabil dan dapat dengan cepat runtuh.

THE CONVERSATION | AMP.SCROLL

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

2 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

6 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

6 hari lalu

RMS Titanic merupakan kapal penumpang uap terbesar di dunia pada saat itu yang dimiliki perusahaan pelayaran White Star Line. Pada tanggal 14-4, 1912, Titanic bertabrakan dengan gunung es di Samudra Atlantik Utara dan menewaskan 1.523 penumpang. gizmodo.de
112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

Pada 15 April 1912, RMS Titanic karam di Atlantik Utara menabrak gunung es saat pelayaran dari Southampton di Inggris ke New York City


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

6 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

6 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

7 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

11 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

17 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

21 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

24 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco