TEMPO.CO, Jakarta - Jawa Timur mulai menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan di daerah aliran Sungai Brantas Hulu untuk pengisian Waduk Sutami.
“Kondisi waduk sudah cukup kering mengingat musim kemarau 2019 cukup panjang, bahkan di wilayah Kota Malang sudah tercatat daerah dengan kekeringan ekstrem, dengan hari tanpa hujan lebih dari 60 hari,” ujar Tri Handoko Seto, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca- BPPT di Malang, Rabu, 13 November 2019.
Kegiatan TMC di DAS Brantas Hulu di penghujung tahun ini, kata Tri Handoko Seto, merupakan kelima kalinya setelah sebelumnya dilaksanakan TMC pada sekitar 1998, 2007, 2012, dan 2013.
“Imbauan untuk para pengelola waduk untuk memperkuat prediksi cuaca untuk rencana operasi dan optimalisasi produksi. Karena fungsi waduk sangat strategis untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), pertanian dan industri,” tegasnya. Kapasitas produksi listrik Waduk Sutami saat ini tercatat mencapai 105 MW.
Dalam operasi TMC kali ini, BBTMC-BPPT mengerahkan pesawat CASA 212-200 dengan nomor registerasi A-2101 milik BPPT yang dalam pengoperasiannya didukung Skuadron 4 TNI AU Abdulrachman Saleh Malang.
Sekitar 20.000 kg bahan semai (NaCL) telah disiapkan di Posko TMC DAS Brantas yang dipusatkan di area perkantoran Skuadron Udara 4 di Lapangan Udara Abdulrachman Saleh, Malang.
Untuk membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target ditempatkan personil di dua lokasi Pos Pengamatan Meteorologi (Posmet), yang berada di wilayah Batu dan Turen.
“Hasil pengamatan cuaca dan potensi awan hujan akan dilaporkan setiap saat oleh petugas di Posmet kepada Tim Pelaksana di Pos Komando (Posko), untuk dianalisis dan dijadikan sebagai masukan guna menentukan strategi pelaksanaan penyemaian awan setiap harinya,” ujar Faisal Sunarto, Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Posko TMC DAS Brantas.
Dalam mengukur keberhasilan kegiatan TMC, kata Faisal Sunarto, akan dilakukan monitoring hujan dan hidrologi waduk di daerah target oleh Tim Monitoring dan Evaluasi. “Diharapkan dengan potensi curah hujan yang semakin meningkat pada bulan November 2019 maka dalam 20 hari kegiatan dapat membantu meningkatkan inflow sehingga mempercepat kapasitas Waduk Sutami kembali normal,” ujarnya.