TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) baru saja melakukan kegiatan survei kelautan dalam upaya pemetaan Cable Base Tsunameter (CBT).
Kegiatan ini dilakukan selama lima hari, yakni pada 1-5 November 2019, menggunakan Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I untuk pemetaan CBT koridor Lampung Barat di Krui dan selatan Jawa di Pelabuhan Ratu.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa saat ini BPPT tengah melanjutkan tugasnya dalam mengurangi risiko bencana. "BPPT memang berencana memperluas daerah jangkauan pemetaan, ini langkah antisipatif ya, khususnya dalam menghadapi bencana tsunami," tutur Hammam, 23 November 2019.
Dalam proses survei tersebut, Hammam menegaskan bahwa BPPT siap melakukan survei Ina Tsunami Early Warning System (TEWS). "Pemetaan jalur kabel bawah laut untuk CBT itu menggunakan KR Baruna Jaya I dan ini wujud komitmen BPPT dalam menerapkan teknologi untuk mengoptimalkan mitigasi bencana," ujarnya.
Hammam berharap pendayagunaan teknologi-teknologi itu ke depannya bisa mendorong Indonesia menjelma sebagai negara yang tangguh dan mandiri dalam menghadapi bencana seperti tsunami, sesuai dengan Prioritas Riset Nasional (PRN).
Perlu diketahui, dalam melakukan survei kelautan terkait upaya pemetaan Cable Base Tsunameter (CBT) itu, jarak pemasangan kabel pada jalur CBT di koridor Lampung Barat dan Selatan Jawa sejauh 631 kilometer.
Dalam kegiatan tersebut, BPPT juga menentukan jenis kabel yang hendak digunakan pada dua koridor itu. "Karena pemilihan jenis kabel ini tentunya harus disesuaikan dengan jenis daerah yang akan disasar. Apa itu jenis kabel double armor atau kabel single armor," ujar Hammam. Hal itu karena perbedaan yang ada pada daerah karang dengan daerah yang berpasir.