TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Vision AI Indonesia, Nodeflux, berkolaborasi dengam Institut Teknologi Bandung (ITB) bagian IC Lab Design. Kolaborasi ini menjadi langkah awal instansi pendidikan dan pegiat industri untuk melakukan riset inovasi dalam menciptakan dan mengembangkan hardware Deep Learning Inference Chip (DLIC).
"Arah perkembangan yang diperhatikan dalam kolaborasi ini menciptakan fitur yang menonjolkan efisiensi penggunaannya, seperti low power, low latency, dan low cost," ujar Kepala IC Lab Design Pusat Mikroelektronika ITB, Trio Adiono, dalam keterangannya, Senin, 25 November 2019.
DLIC merupakan salah satu komponen dasar perangkat komputer berbentuk sirkuit terpadu yang bekerja menggunakan serangkaian algoritma pembelajaran mendalam (deep learning) melalui data visual (foto/gambar/video), sehingga bisa menghasilkan data yang terstruktur, serta informasi yang bernilai sebagai bahan pemangku kepentingan dalam membuat keputusan strategis.
Trio, yang juga inisiator dalam pengembangan industri design house chip pertama di Indonesia, berharap dengan adanya kolaborasi itu bisa membuka peluang untuk menciptakan chip dan dapat diimplementasikan untuk masyarakat dan industri terkait. "Dengan ini kontribusi kami bisa mendukung indikator utama pemerintah Indonesia dalam mengukur daya saing dan ekosistem inovasi nasional," kata Trio.
Manfaat penggunaan DLIC dalam Vision AI bisa memproses transfer data lebih cepat untuk menghindari adanya latency (jeda waktu pengiriman data), sehingga menciptakan proses inference machine learning model yang lebih efisien.
Nodeflux akan menyediakan akses, cases dan spesifikasi deep learning network sebagai referensi perumusan arsitektur AI hardware yang dirancang. Sedangkan pihak IC Lab Design akan membuat hardware prototype dan mengintegrasikan sistem arsitektur agar fungsi-fungsi berjalan dengan baik saat diaplikasikan.
"Melalui sinergi bersama dengan ITB, kami berharap agar akselerasi kemajuan teknologi Indonesia bisa lebih cepat, dan menumbuhkan kepercayaan diri dan pemikiran bahwa Indonesia berhak untuk bisa maju," tutur Faris Rahman, Co-Founder dan CTO dari Nodeflux.
Faris menambahkan, Nodeflux akan mendukung kontribusi yang dilakukan bersama dengan instansi pendidikan demi terbukanya kesempatan untuk berinovasi. "Saya yakni jika kita berani maju, sebisa mungkin akan kita raih hasilnya untuk masyarakat dan negara," kata Faris.
Perkiraan proyek riset kolaborasi ini berjalan kurang lebih 12 bulan melalui pengembangan DLIC secara bertahap dan berkelanjutan, antara lain Specification Stage, Design Stage, Implementation Stage, Test & Verification Stage, dan Improvement Stage.
Kedua pihak menyadari perlunya melakukan pergerakan besar dari sisi pemerintah Indonesia dalam membuat perencanaan kebijakan bidang riset dan inovasi nasional, demi mendukung peningkatan kapabilitas inovasi yang lebih maju. Menurut Trio, tantangan dalam pengembangan riset dan inovasi di Indonesia, masih terbatasnya ekosistem industri elektronika di Indonesia.
"Memang ekspektasi untuk melakukan pengembangan riset dan inovasi dilakukan dengan beragam pemegang kepentingan, termasuk pemerintah, universitas, dan industri. Kalau berjalan sendiri pasti tidak ada nilai sustainability dalam proyeknya, ini menjadi tantangan yang dihadapi oleh Nodeflux," tambah Faris.