INFO TEKNO — Era cashless saat ini yang membutuhkan koneksi Internet. Pemerintah pun sudah mendukung pengembangan cashless sehingga perusahaan fintech dan e-commerce mudah tumbuh di Indonesia.
“Digitalisasi bisa diibaratkan urat nadi. Adapun kontennya bisa dikembangkan oleh bank tersebut atau industri lain. Kami memberikan kontribusi pada urat nadi infrastruktur,” ujar Presiden Direktur Lintasarta, Arya Damar.
Zaman digitalisasi memungkinkan tumbuhnya perusahaan fintech. Maka, yang perlu dipahami, fintech hanya merupakan kemudahan dalam prosedur pembayaran. Karena itu, perbankan harus bisa bersama-sama dengan fintech untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran.
“Dengan digitaliasi, pembayaran semakin mudah, terutama sekarang dengan adanya fintech,” katanya.
Lintasarta berperan dalam dua hal terkait pengembangan industri perbankan dan keuangan. Pertama, Lintasarta secara langsung merupakan perusahaan telekomunikasi jasa yang menghubungkan titik-titik poin bank, titik-titik ATM dan sebagainya. Kedua, Lintasarta juga mendukung penyediaan infrastruktur lain, seperti data center dan cloud computing, layanan ATM Bersama, switching, dan kartu kredit.
Di awal berdirinya, Lintasarta menyediakan infrastruktur serta layanan telekomunikasi yang menghadirkan layanan data center dan cloud. Selanjutnya, Lintasarta menyediakan solusi terkait bidang telekomunikasi dan informasi bagi industri jasa perbankan dan keuangan.
Dukungan pemerintah pun menurut Arya sudah cukup dalam pengembangan digitalisasi industri perbankan dan keuangan. Dukungan tersebut membuat Internet menjadi mudah diakses di seluruh Indonesia.
“Termasuk perusahaan dari daerah pun juga bisa menjadi marketplace di e-commerce. Perkembangan ini yang mesti terus didorong pemerintah yang sekarang sudah mulai masuk ke wilayah tersebut,” katanya.
Terkait pelaksanaan Tempo Financial Award (TFA) 2019, Arya Damar yang menjadi salah seorang juri mengungkapkan, melalui penjurian ini, Tempo hendak melihat bank mana saja yang sudah memberikan kepuasan kepada masyarakat atau customer.
Termasuk pula, bagaimana perfoma bank tersebut, bukan hanya dari aspek perolehan laba, tapi juga bagaimana bank tersebut menyalurkan kredit serta mengedukasi masyarakat.
Terkait layanan digital (digital services), tim juri menilai bagaimana bank tersebut memberikan digital services dan kemudahan kepada masyarakat. Tempo juga mengukur bagaimana customer satisfaction indeks dengan berdasarkan kepuasan customer terhadap bank tersebut.
“Kami tim juri berusaha mengukur kepuasan masyarakat dan kemudahan pelayanan yang diberikan oleh bank tersebut,” ujar Arya Damar.
Data yang digunakan dalam melakukan penilaian berdasarkan laporan keuangan tiga tahun terakhir. Bila dalam tiga tahun tersebut bank melakukan peningkatan pelayanan tetapi masih stagnan, maka tidak akan menjadi pemenang dalam TFA ini.
“Masih banyak peluang untuk terus meningkatkan pelayanan kepada customer, sehingga bank harus terus melakukan improvement dalam melayani masyarakat, baik secara langsung atau menggunakan teknologi,” ujarnya.
Bagi Arya, keberadaan fintech merupakan bentuk kemudahan dalam bertransaksi, sehingga bank pun harus bisa bekerja sama dengan fintech. Sekarang, dengan munculnya fintech, tren fee based income bank bisa beralih ke non bank.
Mungkin saja, bank akan lebih fokus pada fungsi intermediary, yakni menghimpun dan menyalurkan dana. Namun, bagaimanapun peredaran uang tetap harus melalui perbankan. (*)