TEMPO.CO, Jakarta - Volume waduk kaskade Citarum selama dilaksanakan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan telah meningkat. Sementara, operasi TMC di DAS Brantas Malang masih berlangsung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PusAir) yang melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan TMC mencatat hasil perhitungan volume yang diterima waduk akibat hujan selama dilakukan TMC di kaskade Citarum yaitu sekitar 26 juta M3 mengisi Waduk Saguling, 22 juta M3 mengisi Waduk Cirata dan 11 juta M3 mengisi Waduk Djuanda.
“TMC di DAS Citarum menghasilkan total tambahan volume air hujan yang masuk waduk (setelah dikurangi aliran dasar) sebesar 59 juta m3. Untuk TMC di akhir musim kemarau, volume ini sangat banyak. Karena air hujan yang dijatuhkan banyak yang terserap oleh tanah,” ujar Kepala Balai Besar TMC Tri Handoko Seto di Jakarta, Kamis, 28 November 2019.
Hasil TMC tersebut, lanjut Seto, sangat bermanfaat bagi pertanian dan perkebunan serta manfaat lain langsung dari air hujan seperti halnya PLTA. “Apalagi tiga waduk di Citarum itu waduk kaskade, air yang masuk waduk di atasnya bisa digunakan lagi oleh waduk di bawahnya,” ujarnya.
Untuk itu, kata Seto, operasi TMC di DAS Citarum diharapkan dapat dilakukan dua kali, yaitu di akhir musim hujan dan akhir musim kemarau. “Dengan demikian diharapkan hasilnya akan jauh lebih banyak dan kebutuhan air baik untuk air baku minum, pertanian, dan industri selama musim kemarau bisa tercukupi,” tandasnya.
Kegiatan TMC di waduk kaskade Citarum berlangsung dari 25 Oktober hingga 20 November 2019. “Selama 20 hari kegiatan dilakukan 27 sorti penerbangan penyemaian dengan waktu terbang 35 jam. Bahan semai yang dihabiskan mencapai 26.800 kg,” ujar Dwipa W. Soehoed, Koordinator Lapangan TMC kaskade Citarum.
Di sektor ketenagalistrikan, PLTA Cirata merupakan salah satu PLTA terbesar di Asia Tenggara yang bersumber pada Waduk Cirata. PLTA Cirata memiliki total kapasitas sebesar 1.008 MW yang terdiri dari 8 generator dengan masing-masing generatornya berkapasitas 126 MW, dikelola oleh PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Cirata yang merupakan anak perusahaan dari PT PLN Persero.
“PLTA Cirata menjadi andalan pada saat Jawa Madura Bali membutuhkan suplai listrik yang besar. PLTA Cirata memegang peran penting dalam tragedi blackout kemarin. Ibarat lilin pertama dengan langsung mengaktifkan mode black start dan line charging (pengisian tegangan sistem 500 KV) dari gitet Cirata ke gitet Saguling lalu diteruskan pengiriman tegangan ke PLTU Suralaya,” papar Muhammad Munir, General Manager Unit Pembangkitan Cirata.
Sementara itu, kendati sempat terkendala teknis pesawat, operasi TMC di DAS Brantas akhirnya dapat dilaksanakan. “Pesawat BPPT mengalami kerusakan mesin kiri sehingga kami datangkan pesawat milik Pelita Air Service di Bandung ke Malang,” ujar Tri Handoko Seto.
Menurut Faisal Sunarto, Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Posko Brantas, cuaca di wilayah DAS Brantas sekitarnya dalam beberapa hari terakhir cukup mendukung dilaksanakan penyemaian. “Pertumbuhan awan Stratocumulus dan Cumulus rata-rata lebih banyak terjadi pada siang hingga sore hari,” ujarnya.