Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ilmuwan Pelajari Awal Tata Surya dari Meteorit 4,6 Miliar Tahun

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Temuan meteorit memberi petunjuk asal usul kehidupan dan tata surya. Kredit: University of Manchester/Independent
Temuan meteorit memberi petunjuk asal usul kehidupan dan tata surya. Kredit: University of Manchester/Independent
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dapat melihat sekilas seperti apa tata surya pada 4,6 miliar tahun yang lalu dengan menganalisis fosil es dari meteorit primitif, sebagaimana dilaporkan International Business Times pada Selasa, 26 November 2019.

Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, para ilmuwan berpendapat bahwa mempelajari komposisi batuan ruang angkasa kuno dapat memberikan petunjuk mengenai pembentukan benda-benda kosmik besar seperti planet, bulan, dan asteroid.

Meteorit yang dipelajari para ilmuwan disebut Acfer 094. Meteorit ini mereka peroleh setelah jatuh pada 1990 di gurun Sahara di Aljazair, Afrika Utara. Mereka mencatat bahwa itu adalah meteorit primitif yang merupakan sisa dari awan gas kuno yang diyakini telah berkontribusi pada pembentukan benda-benda di tata surya. Ilmuwan mengatakan meteorit itu berumur sekitar 4,6 miliar tahun.

Ketika mereka mempelajari Acfer 094, ilmuwan menemukan jejak-jejak fosil es. Karena usia dan asal mula meteorit primitif, para ilmuwan percaya bahwa fosil es mengandung unsur-unsur yang dapat dianggap sebagai blok bangunan planet dan benda kosmik besar lainnya.

"Saya telah melihat matriks meteorit primitif, bahan yang menyatukan struktur," Epifano Vaccaro, rekan penulis studi dan kurator di Natural History Museum di London mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Meteorit yang dimaksud berasal dari sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, ketika Matahari lahir dan tata surya kita terbentuk," lanjutnya. "Matriks dari meteorit ini karena itu dianggap sebagai bahan awal dari mana semua planet terbentuk."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut para ilmuwan, meteorit primitif seperti Acfer 094 kemungkinan besar terbentuk sebagai gaya gravitasi bintang yang baru lahir yang ditarik oleh gas dan berbagai elemen dari sekitarnya. Ini menciptakan cakram berputar yang terdiri dari berbagai bahan termasuk hidrogen, silikat, besi, dan es.

Ketika bahan-bahan ini berputar di sekitar bintang, mereka mulai menyatu hingga tumbuh menjadi benda kosmik yang lebih besar. Para ilmuwan meyakini fosil es di dalam meteorit primitif ini menyimpan jejak bahan awal yang menyatu bersama untuk membentuk planet dan benda kosmik lainnya.

Menurut Vaccarro, mempelajari meteorit primitif seperti Acfer 094 memberikan peluang unik untuk mengidentifikasi jenis bahan yang ada pada tahap awal tata surya.

"Ini berarti bahwa jika kita ingin memahami seperti apa debu itu ketika tata surya terbentuk, kita perlu kembali dan mengambil beberapa bahan yang tidak melalui proses diferensiasi ini," katanya. "Dalam beberapa meteorit, kita memiliki bahan awal yang diawetkan."

GALUH PUTRI RIYANTO | IBT | SCIENCE ADVANCES

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

24 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

15 Februari 2024

Petugas menyiapkan alat Radioterapi Linear Accelerator, (LINAC) Elekta Versa HD di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Jumat 6 Januari 2023. Pada HUT Ke-51 RSPP, rumah sakit tersebut meresmikan fasilitas Radioterapi Linac untuk penanganan penyakit kanker dengan komplikasi yang lebih sedikit sehingga memungkinkan pasien pulih lebih cepat. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

Vladimir Putin mengkonfirmasi ilmuwan bidang medis di Rusia sedang berusaha membuat vaksin untuk melawan penyakit kanker.


Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

10 Februari 2024

Sejumlah civitas akademika dan guru besar dari berbagai fakultas UGM membacakan Petisi Bulaksumur menyesalkan berbagai penyimpangan pemerintahan Jokowi, di Balairung UGM, Yogyakarta, Rab, 31 Januari 2024. EIBEN HEIZER/TEMPO
Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

Sivitas akademika dari puluhan universitas terus melakukan kritik terhadap Jokowi, menjelang Pemilu 2024. Apakah itu sivitas akademika?


Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

25 Januari 2024

Ilustrasi asteroid. youtube.com
Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

Asteroid ini bisa dilihat masyarakat di sekitar Berlin, Jerman, dengan bentuk seperti pancaran sinar bola api.


Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

14 Januari 2024

Hasil sinar-X dan penelitian yang dilakukan oleh Institute of Legal Medicine of Peru terhadap 'mumi alien' yang menyimpulkan bahwa itu adalah boneka yang terbuat dari tulang binatang dipajang di Lima, Peru, 12 Januari 2024. REUTERS/Sebastian Castaneda
Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

Para ilmuwan menyatakan 'mumi alien' di Peru sebenarnya adalah boneka yang terbuat dari tulang Bumi.


Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

12 Januari 2024

Rekonstruksi spesies dinosaurus yang baru diidentifikasi Tyrannosaurus mcraeensis, berdasarkan sebagian fosil tengkorak yang dikumpulkan di New Mexico, AS Sergei Krasinski/Handout via REUTERS
Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

Para ilmuwan menyimpulkan fosil New Mexico adalah spesies Tyrannosaurus baru.


Suhu 2023 Terpanas yang Tercatat, Ilmuwan UE: Bermula dari Krisis Iklim

10 Januari 2024

Pemandangan danau Tefe di sungai Solimoes yang terkena dampak suhu panas dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 1 Oktober 2023. REUTERS/Bruno Kelly
Suhu 2023 Terpanas yang Tercatat, Ilmuwan UE: Bermula dari Krisis Iklim

Rata-rata pada tahun 2023 suhu bumi lebih panas 1,48 derajat Celcius dibandingkan periode pra-industri pada tahun 1850-1900.


Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Baru Bernama Farlowichnus Rapidus

24 November 2023

Dinosaurus pemakan daging terkecil
Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Baru Bernama Farlowichnus Rapidus

Para ilmuwan mengidentifikasi spesies dinosaurus baru dari jejak kaki di Brasil.


Usai Penemuan Satwa Langka di Papua, Kini Kawasannya Ditanami Bambu

16 November 2023

Seekor echidna berjalan di tengah vegetasi di Pegunungan Cyclops, Papua, Indonesia 22 Juli 2023. Ekspedisi Cyclops/Handout via REUTERS
Usai Penemuan Satwa Langka di Papua, Kini Kawasannya Ditanami Bambu

Pemerintah Provinsi Papua melakukan penanaman bibit bambu di daerah penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop.


Ilmuwan Temukan Cara Ubah Tanah Bulan Jadi Subur, Risetnya di China

10 November 2023

Bibit kerabat tembakau benth, Nicotiana benthamiana, tumbuh di simulasi tanah bulan di laboratorium Universitas Pertanian Tiongkok di Beijing, Tiongkok, dalam gambar selebaran tak bertanggal yang diperoleh Reuters pada 9 November 2023. Yitong Xia/Handout via REUTERS
Ilmuwan Temukan Cara Ubah Tanah Bulan Jadi Subur, Risetnya di China

Ilmuwan menunjukkan cara mengubah tanah bulan menjadi subur untuk pertanian.